BANDUNG, KOMPAS.com - Observatorium Bosscha yang terletak di Jalan Peneropongan Bintang Nomor 45, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) baru saja diputuskan menjadi bangunan cagar budaya.
Bangunan ini memiliki sejarah yang panjang dan berkontribusi terhadap ilmu astronomi di Tanah Air.
Dikutip dari SK Bupati Bandung Barat nomor 188.45/Kep.731-Disparbud/2021, Observatorium Bosscha, dahulu bernama Bosscha Sterrenwaeht.
Baca juga: Observatorium Bosscha dan Goa Pawon Ditetapkan sebagai Bangunan dan Situs Cagar Budaya
Bangunan ini dibangun Nederlandsch-lndische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda selama lima tahun (1923—1928).
Pembangunan observatorium dilakukan oleh arsitek Wolff Schoemaker. Sementara pondasi bangunannya dibangun oleh De Hollandsche Beton Maatschappij.
Dipilihnya Lembang sebagai lokasi berdirinya observatorium bossche bukan tanpa alasan. Salah satunya, topografi Lembang berada pada posisi cukup aman untuk melihat gugus galaksi di langit sisi selatan.
Selain itu, di masa itu sudah ada informasi akan dibangun perguruan tinggi yang mempunyai jurusan astronomi di Bandung.
Hasil rapat NISV pertama adalah memutuskan dibangunnya observatorium di Tanah Air demi memajukan ilmu astronomi di Hindia Belanda.
Dalam rapat itu, Karel Albert Rudolf Bosscha yang merupakan tuan tanah perkebunan teh Malabar, bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang.
Pada 7 Juni 1928, sebuah teropong refraktor ganda zeiss 60 sentimeter ditempatkan di Bosscha Sterrenwacht.
Teropong ini dibeli Bosscha dan Dr J Voute di Jerman. Teropong ini merupakan salah satu teropong terbesar ketiga di bumi bagian selatan.
Sebagai penghargaan atas jasa KAR Bosscha inilah, nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium.
De Bataafsche Petroleum Maatschappij, De Javasche Bank, De Stoomvaart Mij "Nederland", De Stoomvaart Mij "Rotterdamsche Llyod, dan De Nederlandsche Handel Maatschappij merupakan instansi yang menyumbangkan dana kepada NISV masing-masing sebesar 10.000 gulden.
Sementara Prof JG van de Sande Bakhuyzn menyumbangkan koleksi perpustakaan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.