Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER JAWA BARAT] Keluarga Handi Saputra Minta Kolonel Priyanto Dihukum Mati | PNS Polres Sukabumi Adang Ambulans

Kompas.com, 24 April 2022, 05:15 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Kolonel Inf Priyanto, terdakwa kasus pembunuhan berencana terhadap sejoli di Nagreg, Jawa Barat (Jabar), dituntut hukuman penjara seumur hidup.

Namun, keluarga Handi Saputra, salah satu korban, meminta agar perwira TNI itu dihukum mati.

Berita lainnya, seorang pegawai negeri sipil (PNS) Kepolisian Resor (Polres) Sukabumi bernama H Sudirman, mengadang ambulans yang tengah membawa pasien.

Saat mengadang ambulans, Sudirman mengaku sebagai polisi.

Berikut berita-berita yang populer di sub-rubrik Bandung pada Sabtu (23/4/2022).

1. Alasan keluarga Handi minta Kolonel Priyanto dihukum mati

Berbeda dengan keluarga Salsabila (14), keluarga Handi Saputra (17) tak rela jika terdakwa hanya diganjar dengan hukuman seumur hidup. Entes Hidayatullah orang tua Handi meminta terdakwa dihukum mati.KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD Berbeda dengan keluarga Salsabila (14), keluarga Handi Saputra (17) tak rela jika terdakwa hanya diganjar dengan hukuman seumur hidup. Entes Hidayatullah orang tua Handi meminta terdakwa dihukum mati.

Keluarga Handi Saputra, salah satu korban tabrak lari dan pembuangan sejoli oleh oknum anggota TNI, berharap agar Kolonel Priyanto dihukum mati.

Pada Kamis (21/4/2022), oditur militer menuntut Kolonel Priyanto dengan hukuman penjara seumur hidup dan dipecat dari TNI.

Namun, keluarga Handi menilai bahwa tuntutan itu masih terlalu ringan.

Pasalnya, terdakwa telah membuang Handi yang masih dalam keadaan hidup, saat insiden Nagreg pada 8 Desember 2021.

"Sejak awal kami sekeluarga sudah minta terdakwa itu dihukum seberat-beratnya, yaitu hukuman mati," ujar ayah Handi, Entes Hidayatullah, Sabtu (23/4/2022).

Baca selengkapnya: Kolonel Priyanto Dituntut Penjara Seumur Hidup, Keluarga Handi Saputra Minta Terdakwa Dihukum Mati

2. Mengaku polisi, PNS Polres adang ambulans

Seorang pria menghampiri mobil ambulance di Jalan Raya Sukabumi-Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (20/4/2022).TANGKAPAN LAYAR DARI VIDEO Seorang pria menghampiri mobil ambulance di Jalan Raya Sukabumi-Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (20/4/2022).

Video H Sudirman, seorang PNS Polres Sukabumi, saat mengadang ambulans menjadi viral di media sosial.

Dalam rekaman, Sudirman mengaku sebagai polisi ketika mengadang ambulans. Ia bertanya kepada sopir apakah ambulans tersebut benar-benar membawa pasien.

Sopir ambulans, Irfan (40), mengatakan, dirinya sedang membawa pasien bayi yang kondisinya darurat pada Rabu (20/4/2022) petang itu.

"Saya bawa pasien bayi dari RSUD Jampangkulon yang dirujuk ke RSUD R Syamsudin, tiba-tiba di Cikembar dihentikan pria mengaku polisi," ucapnya.

Padahal, bayi tersebut dalam keadaan darurat.

"Kondisinya memang darurat, pasien bayi mengalami kejang-kejang, sehingga harus segera ditangani," ungkapnya.

Baca selengkapnya: Duduk Perkara Pengadangan Ambulans Bawa Pasien di Sukabumi, Pelaku PNS Polres yang Mengaku Polisi

3. Erick Thohir sebut Covid-19 sudah jadi endemi

Menteri BUMN Erick Tohir tengah melihat produk inovasi sebelum memberikan kuliah umum di Universitas Padjajaran Bandung, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (23/4/2022).KOMPAS.COM/AGIE PERMADI Menteri BUMN Erick Tohir tengah melihat produk inovasi sebelum memberikan kuliah umum di Universitas Padjajaran Bandung, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (23/4/2022).

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebutkan bahwa Covid-19 sudah menjadi endemi.

Hal ini dia sampaikan saat memberikan kuliah umum di Universitas Padjajaran (Unpad), Kota Bandung, Jabar, Sabtu.

"Dari sejarah manusia, selalu ada yang namanya pandemi, dan hari ini pun masih banyak virus yang masih menjadi endemi, seperti polio, Aids, dan untung saja Covid ini adalah sudah menjadi endemi. Kebayang tidak, kalau penularan begitu cepat, mematikan, tidak jadi endemi," tuturnya.

Erick juga menyinggung soal sejumlah disrupsi yang harus dihadapi warga Indonesia.

Covid-19, kata Erick, merupakan salah satu contoh disrupsi atau inovasi besar-besaran di bidang kesehatan yang harus dihadapi Indonesia.

Baca juga: Beri Kuliah Umum di Unpad, Erick Tohir Singgung Covid-19 Sudah Jadi Endemi

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Bandung, M. Elgana Mubarokah; Kontributor Bandung, Agie Permadi | Editor: Gloria Setyvani Putri, Rachmawati)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Sebaran Kebun Sawit di Bogor yang Luasnya Terbesar Kedua di Jabar Setelah Sukabumi
Sebaran Kebun Sawit di Bogor yang Luasnya Terbesar Kedua di Jabar Setelah Sukabumi
Bandung
Cerita Haru Pekerja Bangunan Indramayu, Selamatkan Anak Terseret Arus dan Bertahan Hidup Pascabanjir Aceh
Cerita Haru Pekerja Bangunan Indramayu, Selamatkan Anak Terseret Arus dan Bertahan Hidup Pascabanjir Aceh
Bandung
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau