Melihat kondisi rumahnya, keluarga S ini tergolong keluarga tidak mampu, ayah S bernama SA (45), bekerja sebagai buruh kasar pembuat arang kayu, dan memiliki 4 anak dan S merupakan anak ketiga.
"Sangat kurang (mampu)," kata Wawan melalui pesan singkat, Jumat (20/5/2022).
Kedatangan Wawan dan timnya saat itu, bermaksud mengumpulkan informasi dan fakta-fakta di di lokasi kejadian, wawancara terhadap keluarga, dan orang terdekat S.
Dari informasi yang ia dapat, S putus sekolah lalu bekerja membantu kakak iparnya menambal ban juga mengisi bensin. Adapun dari keterangan RT, pemilik bengkel atau kakak ipar S tidak termasuk warga Dusun Pejaten Desa Sirnabaya, Telukjambe Timur.
"Dia putus sekolah kelas 6. Membantu kakaknya belum lama sebenarnya. Dia sendiri niatannya yang bilang kepada orang tuanya" kata dia.
Wawan mengatakan, anak-anak di wilayah tempat tinggal S perlu perjuangan untuk sekolah. Mereka harus berjalan kaki kurang lebih satu jam dari rumah mereka di kawasan hutan.
"Rumah mereka di kawasan hutan di Kecamatan Ciampel bersekolah ke Desa Wanajaya, Kecamatan Telukjmbe Barat," ungkapnya.
Menurut Wawan, salah salah satu faktor dari penyebab kemiskinan adalah data administrasi kependudukan yang tidak benar, artinya tidak diperbaharui. Ibu korban misalnya, sampai hari ini belum pernah dilakukan perekaman KTP.
"Anak-anak mereka tidak mempunyai akta lahir, karena ibu bapak mereka menikah secara sirih. Termasuk pernikahan T," kata dia.
Kakak S diketahui menikah saat berumur 14 tahun dan saat ini memiliki anak berusia 6 bulan.
"Ada PR untuk kita semua. Bagaimana isteri, anak pelaku serta adik-adik S untuk bisa keluar dari jerat kemisikinan," ungkapnya.
Baca juga: Pembunuh Bocah 14 Tahun di Karawang Terancam 15 Tahun Penjara
Tetangga bengkel milik T, kakak ipar S, mengaku beberapa kali mendapati bocah 14 tahun itu seperti melamun. Tatapannya kosong. Bocah itu menurutnya jarang makan. Justru lebih sering menyantap mi instan.
"Beberapa kali kayak melamun," kata warga yang enggan disebut itu.
S diketahui kerap membantu kakak iparnya di bengkel di belakang Karawang International International City (KIIC). Bengkel itu terletak sekitar 300 meter dari lokasi tempat S ditemukan tak bernyawa. Jika kakak beserta kakak iparnya pulang ke rumah, ia juga turut serta.
"Bantuin nambal ban juga kalau ada yang mau nambal ban subuh-subuh pas T belum bangun," kata ucap dia.
Ia mengaku beberapa kali memergoki S diomeli. Namun jika dengan kekekerasan tak pernah. S juga kerap menyendiri jika habis diomeli. Lalu kemudian dibujuk agar kembali.
Akan tetapi, perihal kejadian pada Senin (9/5/2022) lalu, ia mengaku tak tahu sama sekali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.