Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantang Menyerah Sembuhkan Sapi PMK, Peternak Gandeng Komunitas Produksi Ekoenzim

Kompas.com - 22/06/2022, 20:55 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KUNINGAN, KOMPAS.com – Sejumlah peternak sapi perah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pantang menyerah.

Mereka tidak putus asa melawan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang sapi-sapinya.

Segala daya dan upaya dilakukan untuk memulihkan kembali sapi-sapi yang tengah terpapar.

Kompas.com mencatat, aktivitas penanganan dengan menyuntikan antibiotik, vitamin, dan anti demam sudah dilakukan sejak akhir Mei lalu.

Baca juga: Sapi Perah di Magetan Bakal Diprioritaskan Dapat Vaksin PMK, Ini Alasannya...

 

Sebagian peternak, bahkan membeli obat-obatan secara mandiri untuk mempercepat proses penyembuhan.

Bahkan jamu alternatif digunakan untuk meningkatkan kebugaran sapi, antara lain cuka lebu, kunyit-gula merah, dan lainnya.

Dinas Perikanan dan Peternak (DPP) Kabupaten Kuningan, peternak sapi perah, serta Komunitas Eco-Enzym, bersama-sama memproduksi cairan ekoenzim di kantor Dinas DPP, Selasa (21/6/2022)MUHAMAD SYAHRI ROMDHON Dinas Perikanan dan Peternak (DPP) Kabupaten Kuningan, peternak sapi perah, serta Komunitas Eco-Enzym, bersama-sama memproduksi cairan ekoenzim di kantor Dinas DPP, Selasa (21/6/2022)

Kali ini, Dinas Perikanan dan Peternak (DPP) Kabupaten Kuningan, sejumlah peternak sapi perah, serta Komunitas Eco-Enzym, berkerja sama.

Mereka bersama-sama memproduksi cairan herbal yang dinilai dapat mempercepat penyembuhan luka mulut dan kuku yang menyerang ribuan sapi. Cairan itu disebut ekoenzim.

Kompas.com menyaksikan pembuatan ekoenzim yang dilakukan bersama-sama di Kantor DPP, Selasa (21/6/2022) Petang.

Baca juga: 3.088 Ternak Suspek PMK, Pemkab Boyolali Kembali Tutup Pasar Hewan hingga Buka Posko Pengaduan

Ketua Komunitas Ecoenzym Kuningan Ghina Dendie menjelaskan, pembuatan cairan ini seluruhnya menggunakan sampah organik, yakni kulit buah dan juga sayuran.

Bahan-bahan organik itu dimasukan ke dalam drum yang sudah terisi air dan gula merah.

Kemudian, campuran itu didiamkan dalam jangka waktu tertentu, dan baru dapat dipakai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com