Namun, kata dia, hasil dari pengecekan tersebut menunjukan masih sangat minim dilakukan oleh pihak sekolah atau instansi terkait.
"Iya, ini pernah kita langsung ke lapangan lah mengecek menanyakan ke beberapa anak tentang sosialisasi misalnya seberapa banyak dan seberapa sering guru-guru disekolah memberi pengertian tentang bagian-bagian tubuh yang harus dijaga, yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain. Nah itu juga minum paling kalau ada cuman guru tertentu yang melakukan sosialisasi itu seperti guru agama. Ini mestinya ditingkatkan lagi semua guru harus berperan aktif," bebernya.
Ade mengungkapkan, elemen yang paling sangat berpengaruh yaitu keberadaan dan kepekaan orangtua.
"Memang paling utama di orangtua dan di sekolah, guru harus lebih memperhatikan, juga dibutuhkan sosialisasi lagi untuk bagaimana caranya membangun kesadaran kepada anak-anak juga," tuturnya.
Tugas guru, lanjutnya, harus mampu mengarahkan anak yang kerap melakukan hal-hal negatif, salah satunya perundungan.
"Biasanya bermula dari gurauan, bila anak sudah mencapai ke tahap perundungan, sebaiknya guru mampu memberikan peringatan," sambung dia.
"Energinya (anak) harus dialihkan ke hal yang lebih positif. Karena kalau dibiarkan lama kelamaan dia (anak) merasa benar dan tidak ada masalah kalau melakukan hal-hal tersebut," tambahnya.
Baca juga: RSUD SMC Ungkap Penyebab Meninggalnya Bocah SD di Tasikmalaya: Depresi, Thypoid, dan Peradangan Otak
Sementara bagi orangtua, jangan sampai memiliki sifat acuh terkait informasi yang disampaikan sang anak.
"Misalnya, anaknya dibully atau dilecehkan oleh temannya, ketika dia melapor ke orangtua malah dia dimarahi. Nah, inikan justru semakin menekan psikis anak. Jadi, anak bukanya nyaman kalau terbuka dengan orangtua justru makin tertekan. Jadi orangtua juga harus lebih perhatian dan terbuka," beber dia.
Ade berharap, soal perundungan anak semua elemen mampu bersinergi untuk menangani persoalan tersebut.
"Mungkin itu saran kami, intinya bagaimana semua pihak terkait membangun kesadaran untuk bekerja kolektif terkait permasalahan di dunia anak ini," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.