Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mak Kayah, Pedagang Gorengan di Bandung, Berharap Dapat BLT untuk Modal

Kompas.com - 12/09/2022, 14:13 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Menjelang siang hari, di antara lalu lalang pejalan kaki dan arus kendaraan di sepanjang jalan Kampung Babakan, Mak Kayah masih menunggu pelanggan. Gorengan yang tak lagi hangat, serta tak banyak jenisnya itu masih tak berubah posisinya.

Sejak pukul 08.00 WIB, warga Kampung Babakan, Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat itu tak letih menunggu pembeli.

Meski usianya menginjak 70 tahun, wanita tua renta itu masih saja kokoh menjajakan gorengan, kendati matahari mulai duduk di puncaknya.

Baca juga: Dapat Kuota 26.037 KPM BLT BBM, Pemkab Sikka: Warga Kurang Mampu dan Miskin Jadi Prioritas

"Dari tadi baru satu orang yang beli, ini gorengan harganya Rp 1.000 barusan yang beli itu ambil 10 jadi Rp 10.000," katanya ditemui Kompas.com, Senin (12/9/2022).

Boleh jadi, sebagai pedagang gorengan, Mak Kayah sedikit berbeda. Ia tak menyediakan gorengan yang langsung dimasak di roda, seperti pedagang gorengan pada umumnya.

Bukan tak mau menyediakan gorengan yang hangat, tenaga yang sudah hampir habis dimakan usia, membuat dia tak lagi mampu membawa alat masak.

Untuk pergi berdagang saja, ia harus mengumpulkan banyak tenaga. Jika tak ada tetangga yang mengajaknya berangkat bersama, Mak Kayah harus berjalan kaki menuju roda yang disewanya sepanjang 1,5 kilometer.

Baca juga: Keluh Kesah Keluarga Buruh Tani Apel Imbas Kenaikan BBM, Khawatir Harga Kebutuhan Pokok meski Sudah Terima BLT BBM

Tak sampai di situ, modal yang pas-pasan bahkan cenderung kurang membuatnya harus menggoreng barang dagangannya di rumah.

Mak Kayah mengaku sudah tak memiliki lagi modal untuk membeli minyak goreng, pasca kelangkaan yang terjadi ditambah kenaikan BBM baru-baru ini.

Ia mengaku harus memasak gorengan dagangannya di rumah serta menggunakan stok minyak goreng yang ada di rumahnya.

"Kadang kalau ada yang berangkat kemana gitu suka diajak bareng ke sini, tapi kalau gak ada ya jalan aja," beber dia.

Tak Ada Cabai Rawit

Setiap hari, Mak Kayah hanya menyediakan 5 jenis gorengan, disesuaikan dengan kebiasaan pelanggan yang datang membeli.

Gorengan itu sudah seminggu ini tidak dilengkapi cabai rawit. Alasannya lagi-lagi karena melambungnya harga cabai. 

Keuntungan yang tak seberapa itu mesti dibagi dengan kebutuhan sehari-harinya di tengah harga-harga yang terus merangkak naik. 

"Paling gehu (tahu isi), bala-bala (bakwan), tempe, cireng, singkong, sisanya kadang ada yang nitip kaya risol, combro. Abis gimana Emak mah pake minyak yang di rumah, terus paling banyak juga 50 sampai 80 biji yang disediain buat dagangan mah," jelasnya.

Baca juga: Masa Iya Cuma buat Beli Bensin Aja BLT-nya?

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com