Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkebunan Teh di Bandung Akali Langkanya Bahan Bakar Wood Pellet Imbas Perang Ukraina-Rusia

Kompas.com - 20/10/2022, 22:32 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Perang antara Rusia-Ukraina berimbas pada produksi teh di Perkebunan Walini, Kabupaten Bandung. Pasalnya bahan bakar yang digunakan untuk proses pengeringan teh langka di pasaran.

Masinis Kepala Kebun Rancabali, Dani Sudibyo mengatakan, bahan bakar utama yang digunakan PTPN VIII, pengelola Perkebunan Walini adalah wood pallet.

"Sejak terjadinya konflik Rusia-Ukraina awal 2022 menyebabkan pabrik di berbagai negara yang semula menggunakan bahan bakar minyak beralih ke wood pellet," ujar Dani saat dihubungi belum lama ini.

Baca juga: Puting Beliung Rusak Rumah Warga dan Perkebunan di Bangka, 4 KK Mengungsi

Akibatnya, terjadi kelangkaan dan kenaikan harga wood pellet, termasuk di Indonesia. Padahal bahan bakar itu penting untuk proses pengeringan.

Pengeringan, sambung Dani, merupakan salah satu tahapan yang sangat penting atau krusial pada proses pengolahan teh.

Proses ini bertujuan menghentikan proses oksidasi enzymatis sehingga enzym tidak aktif pada saat komposisi senyawa-senyawa pendukung kualitas mencapai keadaan optimal, menurunkan kadar air sampai batas tertentu.

Lalu mensterilkan dari kemungkinan adanya bakteri pada bubuk teh yang terbawa dari proses sebelumnya, memberikan warna hitam pada kenampakan teh, memperpanjang masa simpan produk, dan memudahkan proses sortasi dan penanganannya.

Baca juga: Perkebunan Sawit Ilegal Sebabkan Hutan Mukomuko Bengkulu Kritis hingga Matikan Habitat Gajah

Mesin yang digunakan untuk menghasilkan udara panas ke mesin pengering di pabrik teh adalah mesin Heat Exchanger (HE).

Saat ini, mesin HE yang digunakan sebagian besar pabrik teh masih berkonsep bahan bakar tunggal, sehingga sangat bergantung pada ketersediaan satu jenis bahan bakar. Yakni wood pellet.

Namun sejak terjadinya konflik Rusia-Ukraina awal 2022, pabrik di berbagai negara yang semula menggunakan bahan bakar minyak beralih ke wood pellet.

Akibatnya terjadi kelangkaan dan kenaikan harga wood pellet, termasuk di Indonesia. Perkebunan Walini pun sempat pusing.

Inovasi Baru

Hingga akhirnya, ia mencoba berinovasi membuat mesin yang bisa menggunakan 3 jenis bahan bakar. Ia menamakannya mesin Heat Exchanger (HE) Hybrid 3 in 1.

Salah satu alternatif bahan bakarnya adalah Compressed Natural Gas (CNG), yaitu gas alam yang dikompresi pada tekanan 200250 bar.

Selain Bahan bakar wood pellet dan CNG, bahan bakar lain yang bisa diolah oleh mesin Hybrid 3 in 1 ini ialah kayu.

Dani mengungkapkan, inspirasi teknologi hybrid 3 in 1 di pabrik teh ini berasal dari perkembangan teknologi di dunia otomotif saat ini, yaitu teknologi hybrid pada mobil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com