"Saat itu apel pagi pintu gerbang ditutup. Pelaku memaksa masuk dan dihalangi Babinsa. Kebetulan saat itu almarhum yang menghalangi (pelaku) supaya tidak masuk," ujar Sutorih saat ditemui usai pemakaman jenazah almarhum Aipda Sofyan di pemakaman Sukahaji, Kota Bandung, Rabu sore.
Sutorih mengatakan, saat mengadang pelaku, almarhum Aipda Sofyan sempat bersitegang dan mendapat ancaman dari pelaku yang membawa senjata tajam.
Aipda Sofyan sempat mundur. Namun ledakan bom yang cukup dahsyat mengenai almarhum dan menewaskannya.
"Pelaku bawa senjata tajam, Aiptu Sofyan mundur dan saat (pelaku) didorong, langsung meledak karena bawa bom," ungkap Sutorih.
Karena gugur dalam menjalankan tugas, Aipda Sofyan dinyatakan naik pangkat menjadi Aiptu Anumerta.
Almarhum dianggap sebagai pahlawan yang melindungi para anggota polisi lain dari aksi bom bunuh diri tersebut.
Baca juga: Istri Aiptu Sofyan Ungkap Posisi Suaminya Sebelum Bom Bunuh Diri di Bandung Meledak
Istri Aiptu Sofyan, Siti Sarah mengatakan kepada Wali Kota Bandung Yana Mulyana, suaminya berada di barisan paling belakang saat apel pagi karena berperawakan tinggi.
Sementara itu, Mustofa yang merupakan keluarga Aiptu Anumerta Softan mengatakan, almarhum adalah sosok paling bijaksana di keluarga. Semasa hidup, almarhum kerap menyelesaikan masalah dalam keluarga dengan bermusyawarah.
Terkait kondisi korban, Salman, kakak dari Aipda Sofyan mengatakan, terdapat luka di sekitar leher korban. Kuat dugaan luka tersebut yang membuat Aipda Anumerta Sofyan meninggal.
"Ada luka di leher, urat nadinya kena," ungkap Salman.