Kucing hutan ini masuk dalam daftar satwa dilindungi dalam Permen P.106/2018, sehingga SCF melapor ke BBKSDA Jawa Barat, Seksi Konservasi Wilayah (SKW) IV Purwakarta.
Namun oleh BBKSDA Jawa Barat diminta untuk dilepasliarkan lagi di hutan. Padahal umurnya baru beberapa minggu, belum bisa berjalan.
"Induknya pun sudah tidak terlihat karena habitatnya di hutan bambu sudah ditebang habis," saat dihubungi.
Baca juga: Saat Pemburu Liar Berkedok Pengusir Hama Ancam Satwa Langka Pegunungan Sanggabuana
Inong mengaku kawatir anakan kucing hutan akan kembali ditangkap warga atau mati. Sebab, belum bisa mandiri dan dikhawatirkan tidak bertemu dengan induknya.
Karena itu, kucing hutan itu sementara dirawat atau menunggu untuk dikirim ke lembaga konservasi khusus.
"Untuk lepasliarkan pun akan nunggu dokter hewan dulu, apakah layak atau tidak dilepasliarkan," kata dia.
Inong mengatakan, Meong Congkok merupakan salah satu karnivora kecil yang menghuni Pegunungan Sanggabuana.
Kucing hutan ini juga bisa ditemui di Asia Tengah, Asia Tenggara, dan Asia Timur.
Motif rambut Kucing Hutan mirip dengan macan tutul, dan merupakan kucing hutan terkecil dibanding dengan jenis kucing hutan lainnya.
Kucing hutan dari keluarga Prionailurus ini biasa aktif pada siang hari, dan memangsa buruan berupa tupai, tikus, hewan kecil lain, dan seranga.
Biasanya kucing hutan akan membuat sarang berupa lubang, memanfaatkan gua-gua kecil atau lubang di bawah pohon besar atau di semak-semak, dan menyukai tempat dekat dengan sumber air.
Baca juga: Katak Tanduk Jawa Teridentifikasi di Pegunungan Sanggabuana
Sama seperti keluarga kucing lain, kucing hutan yang sering disebut Blacan ini juga jago memanjat pohon, dan sering berada di atas pohon pada malam hari untuk mengawasi calon mangsanya.
Kucing hutan ini sudah susah ditemui di alam karena masifnya perburuan untuk dipelihara sebagai hewan peliharaan.
Dibanding dalam habitat aslinya, kucing hutan kadangkala lebih mudah ditemui di marketplace.
"Selain perburuan liar, alih fungsi lahan hutan dan rusaknya habitat menjadi penyebab menurunnya populasi kucing hutan di alam," kata Inong.