Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peserta Petani Milenial: Pak Ridwan Kamil Maaf Saya Bikin Gaduh, Saya Kecewa atas Kinerja Anak Buah Bapak

Kompas.com - 02/02/2023, 13:27 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Salah satu peserta petani milenial Jawa Barat angkatan pertama, Rizky Anggara (21) menyampaikan keluhannya terkait program tersebut.

Ia pun meminta maaf kepada Ridwan Kamil karena ceritanya telah membuat gaduh. Hal ini dilakukannya karena persoalan ini sudah berlangsung lama dan belum ditindaklanjuti. 

Baca juga: Carut Marut Program Petani Milenial Jabar, Mau Untung Malah Buntung

"Pesan untuk pak Ridwan Kamil, saya minta maaf karena sudah bikin gaduh. Tapi saya begini karena kecewa atas kinerja anak buah bapak," ujar Rizky saat dihubungi melalui saluran telepon, Kamis (2/2/2023) 

"Kami mohon tindak lanjut kasus kami, karena hingga saat ini belum dihubungi pemprov Jabar. Kami menuntut Pemprov Jabar minta maaf kepada kami, karena sejak awal kami sedang berhutang dan ditinggalkan,"  tambah Rizky.

Kronologi Kejadian

Rizky pun menceritakan kisahnya. Pemuda asal Lembang, Kabupaten Bandung Barat ini bergabung dengan program Petani Milenial Juli 2021 menjadi angkatan pertama bersama 19 rekan lainnya.

Mereka dibina di bawah naungan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Jawa Barat.

Baca juga: Gempa Magnitudo 4,3 Guncang Garut, Puluhan Rumah di 2 Kecamatan Rusak, 1 Orang Terluka

Dinas TPH juga menunjuk beberapa perusahaan sebagai offtaker dan avalis.

Ia menceritakan, kejanggalan mulai terendus sejak awal program dimulai. Pada Juli 2021, ia mengikuti agenda penandatanganan kerja sama (PKS) dengan perusahaan offtaker.

"Kejanggalan dari pertama launching kita disuruh tanda tangan PKS. Tapi kita sendiri gak tahu isi PKS itu. Jadi kita bikin agenda bedah isi PKS itu bersama perusahaan offtaker. Namanya yang punya perusahaan pasti bisa jawab semua pertanyaan dan bodohnya kami percaya saja," kata Rizky saat dihubungi via telepon seluler, Kamis (2/2/2023).

Masalah pertama muncul ketika jumlah indukan tanaman yang dijanjikan tak sesuai perjanjian serta waktu pengiriman yang molor.

"Harusnya indukan tanaman yang diberikan 300 per orang tapi ini kurang dan baru diberikan pada bulan November. Artinya kami kehilangan satu siklus panen," kata Rizky.

Lalu, masalah dari sektor permodalan pun mencuat. Tiap peserta diberi akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BJB sebesar Rp 50 juta per orang.

Namun, dana tersebut tak bisa diserap secara tunai oleh petani. Dana pinjaman justru masuk dan dikelola oleh perusahaan offtaker.

"Jadi untuk keuangan, waktu Agustus 2021 dana cair masuk ke rekening bjb kami lalu dipindahbukukan ke rekening (perusahaan offtaker) Rp 50 juta per orang. Jadi kita gak pegang uang tapi dalam bentuk barang seperti indukan tanaman dan barang lain," paparnya.

Setelah menempuh proses yang melelahkan, Rizky dan rekan-rekannya akhirnya bisa menuai hasil panen pertama pada Desember 2021.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com