Sementara itu, Direktur Taman Safari Indonesia Jansen Manansang juga menyampaikan aspirasi mengenai substansi Rancangan Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (RUU KSDAHE).
"Ada dua saya usulkan, yaitu satu harus dijaga populasi lingkungannya dan keamanannya ditingkatkan. Kedua bagaimana dengan cara teknologi yaitu ART, Assisted Reproductive Technology," kata Jansen.
Ia mengaku telah berupaya melindungi populasi satwa-satwa, sehingga perluasan areal bisa sangat membantu menjaga hewan yang dilindungi melalui lembaga swasta yang sukses dan terpercaya.
"Jadi memang majukan, kembangkan ini, integrasi dengan TNGGP seperti yang di Afrika gitu, lebih gede lagi. Karena kalau pemerintah saja nggak mampu, maka harus sama swasta yang sudah sukses dan dipercaya,” ujarnya.
Baca juga: Ada Perbaikan Jalan, Polisi Terapkan Rekayasa Lalin di Bogor
Mengenai teknologi reproduksi, sambung dia, TSI telah memiliki bank sperma untuk mengembangbiakkan satwa-satwa yang hampir punah.
"Nah (bank sperma) ini akan melindungi badak-badak yang mati di Indonesia hidup kembali," terangnya.
Menurut dia, konservasi sperma tersebut penting untuk pelestarian hewan-hewan langka, sehingga harus menjadi perhatian dan poin penting dalam RUU KSDAHE tersebut.
"Dengan bulunya saja itu bisa di-create dari pada spermanya, sehingga harimau yang tidak ada seperti bali, jawa kalau ada specimen itu bisa berkembang biak, itu teknologi tinggi," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.