Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Pejabat Kuningan Hilang Usai Beralasan Wisuda Ditunda, Unsil Tasikmalaya: Itu Mahasiswa Terancam DO

Kompas.com, 5 Juni 2023, 13:35 WIB
Irwan Nugraha,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Atra Adi Manikam, anak salah satu pejabat Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, diinformasikan hilang oleh ayah kandungnya usai pamit untuk berangkat wisuda ke Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya dari rumahnya pada Kamis (1/6/2023).

Kabar terakhir yang diberikan Atra ke orangtuanya, prosesi wisudanya ditangguhkan alias pending.

Setelah informasi yang diberikan itu, ayah Atra khawatir karena tak bisa menghubungi lagi anaknya hingga akhirnya menginformasikan anaknya hilang.

Baca juga: Ketua BEM Unsil: Korban Selama Ini Bungkam soal Dosen Cabul karena Takut di-DO

"Atra Adi Manikam putra dari Kepala Bappeda Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Ir Usep Sumirat. Pada hari dan jam tersebut (1/6/2023) melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya, Jalan Djuanda Nomor 21 Kecamatan/Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menuju Universitas Siliwangi Tasikmalaya," tulis keterangan yang dibuat ayah kandungnya dan disebar melalui grup-grup Whatsapp, Senin (5/6/2023).

Mahasiswa terancam DO

Menanggapi hal itu, Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, Kerjasama dan Perencanaan Unsil Tasikmalaya Ade Rustiana membenarkan bahwa kampusnya mendapatkan informasi anak hilang dari salahsatu orangtua mahasiswa asal Kuningan.

Namun, pihaknya mengklarifikasi informasi soal bahwa adanya penundaan prosesi wisuda seperti yang disebut mahasiswa itu ke orangtuanya adalah bohong dan tidak benar.

"Betul mahasiswa bernama Atra Adi Manikam, tercatat NIM (nomor induk mahasiswa) asal Kuningan tercatat mahasiswa aktif di Unsil angkatan 2016. Kami (Unsil Tasikmalaya) klarifikasi bahwa berita wisuda dipending tidak benar dan bohong," jelas Ade di kantornya Senin (5/6/2023) pagi.

Ade pun menambahkan, mahasiswa tersebut selama ini terancam dikeluarkan alias drop out (DO) karena hanya memiliki waktu dua bulan untuk menyelesaikan SKS yang dibutuhkan untuk syarat lulus.

"Setelah pegecekan akademik, ternyata mahasiswa tersebut tidak diwisuda dan anak itu masih banyak SKS (satuan kredit semester) yang harus diselesaikan," sambung Ade.

"Mahasiswa masih punya waktu sampai Juli (2023). Artinya tidak dapat selesaikan SKS, kemungkinan besar akan DO. Tidak ada kaitannya wisuda dan pending memending. Terkait hilangnya (Atra) bukan urusan Universitas. Sangat kecil kemungkinan bisa menyelesaikan (kuliah) karena waktu sudah tidak cukup."

Baca juga: Mahasiswi Unsil Tasikmalaya: Kalau Tak Turuti Kemauan Cabul Dosen Langsung Dikasih Nilai E

Selama ini pihak kampus telah berkoordinasi dengan orangtua dan pihak Satreskrim Polresta Tasikmalaya terkait kabar hilangnya anak tersebut.

Pihaknya pun langsung mengklarifikasi kondisi akademik mahasiswa itu di kampus dan tak tercatat dalam jadwal wisuda tahun ini.

"Orangtuanya akan datang ke kampus katanya siang nanti. Kepolisian, saya sudah komunikasi dengan Reskrim saat ada info kabar kehilangan. Dan kami sudah klarifikasi kenyataannya. Anak itu tidak diwisuda dan bukan adanya penundaan wisuda," ujar dia.

Sebelumnya pun, tambah Ade, kampus telah mengirimkan surat pemberitahuan peringatan terkait kondisi mahasiswa tersebut ke alamat orangtuanya beberapa kali sejak dua tahun terakhir.

"Surat peringatan sudah dilakukan beberapa kali sebelumnya mulai semester 11,12, 13, 14 sudah ada warning. Yang jelas sudah di-warning sebelumnya," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau