Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Emak-emak Majalengka Buat Grup Musik 'Mother Bank', Berawal dari Jeratan Bank Emok

Kompas.com, 26 Juli 2023, 21:02 WIB
Reni Susanti

Editor

MAJALENGKA, KOMPAS.com - Grup musik "Mother Bank" viral di media sosial. Dengan tampilannya yang serba pink, emak-emak asal Majalengka, Jawa Barat ini menarik perhatian netizen.

Lantas siapa Mother Bank dan bagaimana grup musik ini bisa terbentuk?

Tiga tahun lalu tepatnya masa pandemi Covid-19 menjadi titik balik belasan emak-emak di Kampung Wates, Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka terbebas dari jeratan bank keliling atau bank emok.

Baca juga: Kakek 70 Tahun Hilang Saat Ibadah Haji, Ratusan Warga di Majalengka Gelar Doa Bersama

Saat itu, emak-emak ini pusing tujuk keliling karena ssetiap hari dihadapkan dengan bunga yang semakin membesar dari pinjaman bank emok.

Prihatin dengan kondisi ini, hadirlah sepasang suami istri bernama Ismal Muntaha dan Bunga yang saat itu mencoba untuk membebaskan warga dari jeratan bank emok yang memberatkan.

Pasangan tersebut berasal dari Jatiwangi art Factory (JaF) yang dikenal sebagai organisasi nirlaba yang berfokus kepada kajian kehidupan lokal pedesaan lewat kegiatan seni dan budaya.

Baca juga: Detik-detik Kesurupan Massal di Majalengka, Ratusan Pegawai Pabrik Berteriak Histeris

Seperti festival, pertunjukan, seni rupa, musik, video, keramik, pameran, residensi seniman, diskusi bulanan, siaran radio dan pendidikan di Kecamatan Jatiwangi.

Pada saat itu, Ismal melihat keterpurukan yang menimpa warga khususnya emak-emak di sekitar JaF yang terjerat bank emok.

Banyak dari mereka yang tak mampu membayar bunga yang telah ditentukan.

Kemudian Ismail menggelar diskusi dengan sesama anggota JaF bernama Aaf yang seorang musisi yang kini jadi pemandu lagu Mother Bank.

Hasil diskusi itu adalah mereka akan memberikan pinjaman kepada masyarakat namun tanpa bunga.

Tawaran ini mendapat sambutan hangat dari warga, khususnya kaum emak yang terjerat bank emok. Mereka tak segan mengajukan pinjaman kepada Ismail.

Awalnya, emak-emak tersebut diminta untuk bercocok tanaman singkong, sebagai syarat menjadi nasabah.

"Sewaktu itu ibu-ibu mesti menyediakan waktu untuk kegiatan bersama. Tahun pertama kita kegiatannya mengolah atau mengelola kebun bareng gitu, menanam singkong terus hasilnya kita olah bersama menjadi olah-olahan dari singkong," ujar Ismail saat berbincang dengan media, Rabu (26/7/2023).

Kemudian pada tahun kedua ia berdiskusi lagi dengan Aaf yang kala itu sudah menggeluti musik grabah, atau musik keramik di Jatiwangi, yang dikembangkan sama JaF.

Kepada Aaf, Ismail mengusulkan membentuk grup musik yang terdiri dari para emak-emak nasabah.

"Hal itu agar ibu-ibu ini bisa lebih menyuarakan tentang kesehariannya dan isi hatinya," kata Ismail.

Adapun modal awal membentuk band ibu-ibu yang kelak diberi nama Mother Bank, menurut Ismail, berasal dari sisa modal agenda pameran di Inggris tahun 2020 yang gagal terlaksana karena pandemi.

Dengan modal Rp 22 juta inilah Ismal membuka pinjaman kepada masyarakat, khususnya emak-emak yang terjerat bank emok.

"Masyarakat ada yang pinjam Rp1 juta, Rp1,5 juta dan itu dikembalikan dalam kurun waktu 10 bulan."

"Jadi sebenarnya teknisnya sama kayak bank emok, setoran tiap minggu dikembalikan dalam waktu 10 bulan, tapi bedanya tidak ada bunga," katanya.

Saat ini, masyarakat yang kini jadi nasabah dirinya meminjam uang sebanyak 15 nasabah.

Sebagian dari nasabah itu kini menjadi personel grup musik Mother Bank yang telah terbentuk selama 3 tahun terakhir.

"Jadi Mother itu sebetulnya lahir di awal pandemi. Itu memang situasi di mana kemudian banyak sekali warga terjerat bank-bank emok istilahnya atau bank keliling," katanya.

"Dari situ kemudian, kita sebenarnya mungkin konsep peminjaman itu bisa kita modifikasi nih akhirnya muncul ide kita punya modal, kita tawarin ke ibu-ibu buat gimana kalau kita bikin bank bersama nih, namanya Mother Bank kita kasih pinjaman tapi bunganya nol persen," ujarnya.

Sementara, salah satu emak-emak yang juga personel grup musik Mother Bank, Nia, mengaku sangat terbantu dengan adanya program peminjaman yang digagas oleh Ismal.

Pasalnya, selama terjerat bank emok, ia tidak pernah bisa hidup tenang, karena selalu dikejar-kejar tagihan yang selalu membengkak, setiap harinya.

"Pasti terbantu, makanya sejak tiga tahun lalu saya ikut grup musik Mother Bank ini, karena bisa ngilangin jenuh, senang ada aktivitas selain di rumah," ujar Nia.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Kisah Terbentuknya Grup Musik Emak-emak 'Mother Bank' di Majalengka, Berawal dari Jeratan Bank Emok

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau