KOMPAS.com - Dalam tradisi masyarakat Sunda, terdapat berbagai upacara adat terkait daur hidup manusia yang masih dilakukan hingga saat in.
Upacara adat Sunda tersebut dilakukan dengan cara tertentu yang memiliki maksud dan makna yang baik.
Baca juga: 10 Tradisi Khas Sunda, Ada Botram dan Sisingaan
Sesuai perjalanan kehidupan manusia, upacara adat ini dilakukan ketika menjalani tahap masa kehamilan, melahirkan, dan pernikahan.
Berikut adalah beberapa upacara adat Sunda terkait daur hidup serta penjelasannya.
Baca juga: Asal Usul dan Arti Nama Makanan Sunda Bala-bala, Citruk, Rarawuan, dan Gorejag
Masyarakat Sunda mengenal tiga tradisi menyambut kehamilan yang dilakukan sesuai umur kehamilannya. Upacara adat ini dilakukan ketika kehamilan memasuki usia empat bulan, tujuh bulan, dan sembilan bulan.
Baca juga: Bangkerok, Makanan Khas Sunda yang Disebut Mirip Pizza
Yang menarik adalah upacara adat saat kandungan berusia tujuh bulan yang disebut tingkeban.
Tingkeban berasal dari bahasa Sunda diartikan sebagai “tingkeb” artinya tutup, memiliki makna bahwa ibu yang sedang mengandung dilarang beraktivitas yang berat karena usia kandungan mendekati masa melahirkan.
Upacara adat tingkeban dimulai dengan pembacaan doa, prosesi siraman yang dibarengi dengan pelepasan belut dan pemecahan kelapa.
Saat kelapa dijatuhkan ke tanah terdapat maksud untuk menebak jenis kelamin bayi, yaitu apabila kelapa itu tidak pecah maka bayi yang dalam kandungan
berjenis kelamin laki-laki, sedangkan apabila kelapa tersebut pecah maka bayi tersebut perempuan.
Upacara adat ini diakhiri dengan prosesi menjual rujak kanistren yang dibeli dengan koin dari genting.
Ketika menyambut kelahiran sang buah hati ke dunia, masyarakat Sunda akan melakukan beberapa tahapan upacara adat.
Upacara adat Sunda saat menyambut kelahiran bayi merawat tembuni, nenjrag bumi, puput puseur, ekahan, nurunkeun, dan cukuran.
Upacara adat merawat tembuni adalah ritual khusus saat mengubur atau menghanyutkan tembuni (ari-ari) yang dianggap saudara bayi dalam kepercayaan masyarakat Sunda.
Tembuni akan dibersihkan, kemudian diletakan ke dalam kendi dan diberi bumbu-bumbu yakni garam, asam, serta gula merah. Terakhir, kendi ditutup dengan kain putih serta diberi bambu kecil, digendong oleh paraji dan didoakan sebelum dikubur atau dihanyutkan.
Upacara adat nenjrag bumi adalah ritual unik agar bayi kemudian kelak menjadi pemberani, tak mudah takut dan terkejut yang dilakukan dengan dua cara.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.