Pertama dengan menghentakkan kayu atau alu di dekat bayi yang dibaringkan sebanyak tujuh kali. Kedua dengan meletakkan bayi di pelupuh (lantai bambu), kemudian ibunya akan menghentakkan kaki ke pelupuh sebanyak tujuh kali.
Upacara puput puseur dilakukan setelah pusar bayi mengering dan lepas dengan maksud agar pusar tidak menonjol ke luar. Hal ini dilakukan dengan cara meletakan tali pusar ke dalam kanjut kundang yang ditutup dengan bungkusan kasa berisi uang logam dan kemudian diikatkan ke perut bayi.
Upacara ini diadakan dengan tahapan memberikan nama, membaca doa selamat, serta membagikan bubur merah dan bubur putih ke keluarga besar dan tetangga.
Ekahan adalah upacara adat aqiqah setelah bayi berusia 7 hari, 14 hari, atau 21 hari, dalam rangka memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan karena telah dikaruniai buah hati.
Orang tua sang bayi akan menyembelih domba atau kambing dengan ketentuan dua ekor untuk anak laki-laki atau seekor jika anak perempuan, yang kemudian dimasak dan dibagikan.
Upacara nurunkeun adalah upacara adat yang dilaksanakan pada hari ketujuh setelah upacara puput puseur dengan tujuan mengenalkan bayi pada lingkungan sekitarnya.
Orang tua akan menyediakan makanan ringan serta buah-buahan yang dibungkus dan digantung pada bambu melintang, sementara makanan berat diletakkannya di bawahnya. Di bambu yang sama, dibuat pula ayunan kain yang digunakan untuk menimang bayi selagi paraji membacakan doa.
Seusai prosesi berakhir, tamu akan dipersilahkan menyantap makanan yang tersedia, sementara makanan ringan yang digantung pada bambu dibagikan ke tamu anak-anak.
Cukuran adalah upacara adat yang dilaksanakan pada hari ke 40 untuk membersihkan atau menyucikan rambut dari segala najis.
Bayi akan dibaringkan di tengah para tamu yang akan bersholawat serta berdoa, sementara beberapa di antaranya akan mencukur rambut sang bayi.
Sumber:
repository.uniga.ac.id
gramedia.com