Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Pascagempa, Cianjur Berjuang Bangkit...

Kompas.com, 21 November 2023, 06:56 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Hari ini, Senin, 21 Novenber 2023, tepat setahun Kabupaten Cianjur, Jawa Barat diguncang gempa bumi bermagnitudo 5.6.

Dahsyatnya guncangan pada Senin siang, pukul 13.21 WIB itu memporak-porandakan bangunan, tanah longsor, dan menelan korban jiwa.

Hingga saat ini, Pemerintah dan masyarakat masih terus berupaya membenahi diri, dan berjuang bangkit dari keterpurukan pasca bencana.

Setahun berlalu, masih ada penyintas yang tinggal di hunian-hunian darurat dan ratusan siswa terpaksa belajar di tenda.

Baca juga: Rp 1,8 Triliun Digelontorkan untuk Perbaikan dan Pembangunan Rumah Korban Gempa Cianjur

Bupati Cianjur, Herman Suherman menuturkan, kendati penanggulangan pasca gempa belum tuntas, namun jika dibandingkan daerah lain yang mengalami hal serupa, penangganan di wilayahnya terbilang cepat.

“Kita setahun ini sudah banyak bangunan dan infrastruktur dibangun. Walaupun masih ada teman-teman kita yang masih tinggal di tenda,” kata Herman kepada Kompas.com di Pendopo Bupati, Senin (20/11/2023) petang.

Disebutkan, keberadaan korban gempa yang masih menempati tenda dan hunian-hunian darurat tersebut bukan tanpa upaya, pemerintah daerah telah menyalurkan dana tunggu hunian.

"Sambil menunggu rumahnya (diperbaiki), mereka telah diberikan dana per bulan besarannya Rp 500.000."

"Inginnya uang itu dipakai untuk sewa rumah atau bangun huntara. Namun, ada beberapa yang lebih memilih di sana (tinggal di tenda),” ujar dia.

Herman menerangkan, progres rehabilitasi dan rekonstruksi rumah warga terdampak gempa masih berjalan, dan saat ini sedang menunggu penyaluran dana stimulan tahap keempat.

Dia berharap, pencairannya cepat terealisasi agar 4.000 kepala keluarga bisa kembali ke rumah masing-masing.

“Saya menyarankan, warga yang kategori berat kalau punya dana, perbaiki dulu, reimburse dulu, daripada nunggu-nunggu nanti (kondisi rumah) lebih rusak lagi,” kata Herman.

Selama proses perbaikan dan pembangunan rumah terdampak gempa, Herman mengaku menemukan berbagai persoalan.

Salah satunya adalah tindakan tak bertanggungjawab dari oknum aplikator dan kontraktor yang meninggalkan pengerjaan sehingga rumah warga menjadi mangkrak.

Baca juga: Sengkarut Pembangunan Rumah Korban Gempa Cianjur, Mangkrak dan Dugaan Manipulasi Data

“Tetapi dengan upaya pendekatan, sekarang sudah dilaksanakan dengan baik, sekarang mulai lancar,” ujar dia.

Relokasi tahap akhir

Lebih lanjut dikatakan Herman, selain perbaikan dan pembangunan rumah terdampak gempa, pemerintah pusat dan daerah juga merelokasi ratusan penyintas ke lokasi hunian tetap (huntap) di tiga tempat.

Pembangunan huntap tahap pertama dan kedua, yakni di Desa Sirnagalih Kecamatan Cilaku dan di Kecamatan Mande telah rampung dan kini sudah dihuni sekitar 350 kepala keluarga.

Sementara relokasi tahap ketiga, ujar Herman, masih proses pembangunan. Lokasinya di pinggiran kota, di kawasan Hutan Kota Cianjur (Hukoci) Babakan Karet.

“Disiapkan untuk 190 kepala keluarga. Mudah-mudahan di akhir tahun mereka bisa pindah,” ucap dia.

Baca juga: Kantongi Bukti Kecurangan, Satgas Gempa Cianjur Bakal Polisikan Oknum Nakal

Dampak gempa

Herman menyebutkan, bencana gempa Cianjur telah menelan 650 korban jiwa, merusak puluhan ribuan rumah dan ratusan infrastruktur lainnya, sekolah, gedung pemerintahan, tempat ibadah, dan fasilitas kesehatan.

Kekuatan gempa dari sesar Cugenang ini menyasar di 16 wilayah kecamatan dari total 32 kecamatan yang ada, dan menyebabkan ratusan ribu warga tinggal di tenda pengungsian.

Herman memperkirakan jumlah kerugian materi mencapai Rp 2 triliun.

“Besok (hari ini) kita akan menggelar istighosah di Masjid Agung Cianjur yang sedianya akan diikuti 3.000 orang sebagai refleksi setahun pascagempa,” ujar Herman.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau