CIANJUR, KOMPAS.com – Lupa kapan tepatnya Unar mulai bertani. Seingatnya, pria berusia 65 ini sudah menanam padi sejak awal 1980-an.
Menurut warga Pamokolan, Karangtengah, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini, kondisi pertanian telah berubah drastis kurun dua dasawarsa terakhir.
Baca juga: Saat Petani Padi Berebut Jadi Buruh Angkut untuk Mencukupi Kebutuhan...
Dibandingkan sekarang, Unar mengaku kondisi dulu masih lebih baik. Petani memperoleh hasil panen yang melimpah dengan harga jual gabah yang tinggi.
Baca juga: Petani di Lumajang Masih Jauh dari Sejahtera meski Harga Beras Naik
Tak hanya itu, pupuk juga mudah didapat, tidak seperti sekarang yang harganya selangit.
Kalaupun bisa mendapatkan pupuk dengan harga murah atau yang bersubsidi, petani harus mengikuti sejumlah regulasi dan dibatasi.
Selain masalah klasik tersebut, luas sawah juga semakin menyempit akibat alih fungsi lahan yang masif serta minat masyarakat yang menurun drastis.
Di lingkungan Unar sendiri, nyaris tidak ada petani dari kalangan muda atau usia produktif. Rata-rata mereka berusia setengah abad bahkan sudah lanjut usia.
“Paling sekarang yang tersisa tinggal 20 orang-an saja. Kalau dulu masih banyak, yang muda-muda juga pada mau nyangkul. Sekarang mah kayaknya pada gengsi,” kata Unar kepada Kompas.com, Senin (4/3/2024) petang.
Unar menilai, menurunnya ketertarikan masyarakat untuk bertani atau menjadi petani bukan tanpa sebab.
Alasan utamanya dari penghasilan. Terlebih, petani juga masih belum bisa berdikari karena belum bisa lepas dari sistem tengkulak.
Para tengkulak ini tak hanya membeli gabah dari petani saat musim panen, tetapi juga memposisikan diri sebagai pemodal.
“Kadang petani diberi modal dulu buat biaya tanamnya. Tapi, nanti hasil panennya harus dijual ke sana. Kalau kita dapatnya (untung) ya dari selisih hasil panen itu,” ucap Unar.
"Idealnya memang kita yang jual langsung. Kalau dulu itu masih bisa dan banyak yang begitu, kalau sekarang kayaknya susah, ya itu tadi kondisinya (sistem tengkulak),” sambung dia.
Unar mencontohkan, untuk biaya produksi termasuk belanja bibit dan pupuk dengan lahan setengah hektare, dibutuhkan biaya sebesar Rp 5 juta.
Besaran modal tersebut, setengahnya merupakan pinjaman dari tengkulak.