Padahal, warga dalam sebulan selalu membayar iuran sampah sebesar Rp 20.000.
"Kalau dibilang enggak ada iuran, enggak mungkin, ya ada dong tiap bulan. Sampah diangkutnya setiap hari Rabu, tapi kita juga pingin atuh komplain dan nanyain, kenapa sekarang kadang diangkut kadang enggak, ini kan numpuk di rumah," kata Asih.
Untuk diketahui, Sungai Cikeruh merupakan anak Sungai Citarum yang melintasi tujuh desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung.
Ke tujuh desa itu, yakini Bojongloa, Rancaekek Wetan, Rancaekek Kulon, Cileunyi Wetan, Cileunyi Kulon, Rancabango, dan Cibiru Hilir.
Pada Juli 2023, salah satu komunitas yang fokus pada lingkungan, Pandawara Group, pernah mengunggah kondisi Sungai Cikeruh yang penuh dengan sampah.
Beberapa hari usai unggahan itu, Pandawara Group dan steakholder lainnya, langsung terjun untuk membersihkan sampah.
Pengalaman lain datang dari Emar (48), warga Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
Ia hampir setiap hari membuang sampah ke aliran Sungai Cikeruh.
Aktivitas itu dilakukan secara diam-diam. Kadang dia membuang pagi hari dan saat jam makan siang sekitar pukul 12.00 atau pukul 13.00 WIB.
Sampah yang dibuang berjenis sampah plastik dan sisa makanan yang diberikan ke ayam peliharaannya.
"Ya gitu, pagi lah seringnya mah, kalau siang mah bekas makan ayam yang dibuang," ujar Emar.
Saat ditanya yang dilakukannya akan berdampak pada orang banyak, wanita paruh baya itu hanya tersenyum.
Emar mengaku jumlah sampah yang dibuangnya tidak terlalu banyak. Biasanya, dia memungut sampah yang ada di depan rumah atau di jalan.
Emar menilai yang dilakukannya tidak seberapa. Sebab, dia masih membuang sampah ke kendaraan pengangkut sampah milik tetangganya.
"Kalau sampah yang gede-gede yang dimasukin ke plastik mah dibuang ke roda (pengangkut sampah motor). Itu kan tetangga saya, kebetulan kerjanya pengakut sampah di kecamatan. Suka dibawa ke rumah dia, jadi saya kadang langsung buang ke situ kalau sampah yang gede. Yang kecil mah ya ke sungai saja," terangnya.