BANDUNG, KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mendesak Kementerian Kesehatan memberikan label kandungan pada makanan dan minuman atau pangan olahan kemasan guna memudahkan masyarakat mengetahui nilai gizi yang terkandung.
Dengan adanya label tersebut, diharapkan bisa mencegah munculnya kasus anak cuci darah atau hemodialisis yang belakangan ini terjadi.
"Kami mendesak agar Kemenkes segara berikan label pengadaan pada kemasan minuman dan makanan, tentang kandungan gula, garam, dan lemak (GGL)," ujar dia kepada awak media di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (2/8/2024).
Baca juga: Soal Anak Cuci Darah, Menkes Minta Masyarakat Kurangi Konsumsi Gula Berlebih
Menurut Bey, adanya label informasi perihal kandungan GGL akan memudahkan masyarakat mengetahui informasi nilai gizi dalam setiap makanan atau minuman yang dikonsumsi.
Dengan demikian, masyarakat bisa lebih waspada dengan apa yang mereka konsumsi. Apalagi khusus untuk anak-anak memang perlu adanya pengawasan lebih.
"Misalnya tinggal berikan tanda hijau (pada makanan dan minuman kemasan) artinya aman. Masyarakat jadi lebih mudah dan aman, apalagi untuk anak-anak," kata dia.
Baca juga: Jadi Provinsi Kasus TBC Terbanyak, Jabar Dapat 5 Alat X-ray Portable dari Kemenkes
Bey juga menyambut baik langkah Presiden Joko Widodo yang telah meneken Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Penjualan Pangan Olahan Siap Saji dengan Batasan Kadar GGL.
Melalui aturan tersebut, Bey optimistis, kualitas makanan dan minuman kemasan di Indonesia bisa lebih terjaga. Masyarakat pun akan bisa memilih pangan olahan mana yang baik untuk mereka konsumsi.
Meski demikian, dia meminta orangtua senantiasa mengawasi makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak.
"Tetap peran orangtua yang paling penting," pungkasnya.
Diketahui, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, konsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi bisa berdampak buruk bagi tubuh.
Bahkan, pola konsumsi masyakat Indonesia yang tidak menyebabkan 13 persen dari total populasi menderita penyakit diabetes.
Tak hanya itu, banyaknya kasus anak cuci darah saat ini juga disebabkan oleh asupan konsumsi yang tak dikontrol.
"Mulai dari ginjal, hati, stroke, jantung. Itu penyebabnya gula. Pesan saya kurangi minum gula," ujar Budi kepada awak media di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (2/8/2024).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang