TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Produk kerajinan khas Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, berhasil menembus pasar internasional di Eropa, Amerika, dan Asia.
Kerajinan anyaman mendong dari Kota Tasikmalaya telah diekspor ke Amerika, Jepang, dan Turki, sementara produk anyaman topi bambu dari Kabupaten Tasikmalaya berhasil terjual ke Italia.
Keberhasilan ini merupakan hasil dari peningkatan ekonomi melalui usaha rumahan masyarakat, yang didukung oleh sistem digital dalam pemasaran dan pembayaran yang digalakkan oleh Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya.
Baca juga: Kisah Istri Perangkat Desa Tasikmalaya Gaji Rp 100.000 Sukses Jadi Pengusaha Kerajinan
Kepala Perwakilan BI Tasikmalaya, Laura Rulida, menjelaskan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah daerah di Priangan Timur, Jawa Barat.
"Selain produk unggulan yang berhasil tembus pasar internasional, terdapat 60 pelaku UMKM unggulan di Garut, Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, hingga Pangandaran," jelas Laura dalam acara Pagelaran Kreasi Priangan Timur (PKPT) Puspa Kriya di Plaza Asia, Kota Tasikmalaya, pada Jumat (25/10/2024).
Laura menambahkan bahwa pelaku UMKM ini memiliki produk khas yang bervariasi, mulai dari kerajinan, kuliner, fashion, hingga komoditas alam endemik daerah.
Contohnya, manggis, buah endemik Indonesia dari Kabupaten Tasikmalaya, telah berhasil diekspor langsung ke China, dan produk kuliner olahan coklat Cocochip dari Kabupaten Pangandaran juga berhasil menembus pasar China.
Seluruh produk unggulan yang mencerminkan ciri khas tiap daerah di Priangan Timur ditampilkan dalam pameran PKPT yang merupakan hasil kerja sama antara BI, Dekranasda, dan Pemkot Tasikmalaya.
"Kegiatan ini bertujuan memperkuat sinergi di daerah Priangan Timur dalam membangun sistem UMKM digital yang berkelanjutan. Seluruh sistem pembayaran pun sudah non-tunai, sejalan dengan upaya BI memperluas digitalisasi sistem pembayaran melalui QRIS dan BI-Fast," tambah Laura.
Laura juga menekankan bahwa sistem digital ini dapat meningkatkan daya saing pelaku usaha di era digital yang semakin maju.
Oleh karena itu, pengembangan UMKM digital dianggap penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah Priangan Timur.
"Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, Indonesia memiliki 65,5 juta UMKM, namun hanya 39 persen yang telah go-digital. Sinergi dan kolaborasi berbagai pihak sangat diperlukan untuk mempercepat digitalisasi UMKM dan memperkuat keberlanjutan usaha mereka," kata Laura.
Selain itu, Laura mengungkapkan bahwa BI terus mendukung dan mendampingi pelaku usaha melalui wadah binaan khusus.
Para pelaku usaha diarahkan untuk melek digital dan bertransaksi non-tunai melalui QRIS.
"Ya, di sini (pameran produk khas daerah) semua transaksi penjualannya sudah menggunakan QRIS," ungkapnya.