Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pompa Listrik Nyalakan Asa Petani Leuwidingding Cirebon Mengatasi Kekeringan

Kompas.com, 31 Oktober 2024, 19:19 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Kamal yang juga anggota kelompok tani Tunas Harapan membandingkan, efektivitas penggunaan pompa listrik.

Bila menggunakan pompa diesel berbasis BBM, petani menghabiskan biaya sekitar Rp150.000-200.000 perhari untuk mengaliri air di atas lahan satu hektar.

Sementara, bila menggunakan pompa listrik, petani hanya menghabiskan biaya sekitar Rp15.000-20.000 perhari dengan luas area teraliri air satu hektar.

Sehingga bila ditotal, petani yang menggunakan pompa BBM menghabiskan biaya pengairan sekitar Rp4,8 juta agar dapat mengaliri air di lahan satu hektar. Jumlah ini masih belum menghitung pengeluaran penjaga diesel selama beroperasi.

Gangguan air yang lambat dan penyedotan yang kurang kuat untuk mengaliri sawah yang luas, membuat biaya operasional petani semakin membengkak.

Sementara, petani yang menggunakan pompa listrik, hanya mengeluarkan biaya Rp480.000 per hektar.

Tenaga yang dikeluarkan pompa untuk menarik dan mendorong air pun sangat kuat, sehingga air dengan cepat menyebar ke seluruh luas area yang hendak dialiri air, hanya dalam beberapa jam.

Bantuan ini, kata Kamal, berhasil mengubah pola pikir 80 petani di Desa Leuwidingding.

Sejak dioperasionalkan pada Kamis (19/9/2024), petani mulai menanam padi pada MT3, dari yang semula hanya 40 persen petani, kini nyaris 100 persen.

Keengganan petani menanam padi di MT3 karena membutuhkan banyak modal, dan berujung pada kerugian, seperti yang dialami Yuinah dan Rukmana.

"Dari total 61 hektar, hanya 30 hektar yang ditanam pada masa MT.3. Ini terjadi karena para petani harus modal berkali lipat. Tetapi setelah launching pompa listrik, seluruh petani mendadak garap lahan karena pasokan air melimpah," kata Kamal, di saung milik Yuinah.

Tak hanya tanam MT3, Kamal bersama sejumlah petani memutuskan untuk menanam padi di sawah tadah hujan. Mereka memasang pompa listrik untuk mengaliri air agar sawah hidup kembali.

Aep Saefullah, Ketua Kelompok Tani Tunas Harapan, menyebut program pompa listrik menginspirasi sejumlah petani lain.

Pasca-diluncurkan, Aep berulang kali didatangi beberapa petani dari desa tetangga. Mereka meminta Aep membantu proses pemasangan pompa listrik di desa tetangga.

"Itu juga petani desa tetangga main ke rumah saya, nanya-nanya, terus dia minta bantu pasangin pompa listrik, mau nganggarin pakai dana desa sendiri. Jadi pompa listrik banyak yang niru sekarang, Mas," kata Aep, melalui sambungan telpon, Selasa (29/10/2024) siang.

Aep yang juga ketua petani milenial, menyebut sarana pertanian yang mudah membuat dirinya dan teman-teman petani milenial yang semula bekerja sebagai kuli bangunan di perantauan, memilih pulang dan menjadi petani di desanya.

Dia meyakini selain menghasilkan pendapatan lebih, menjadi petani tentu meningkatkan ketahanan pangan di desa.

Migrasi ke Tenaga Listrik sebuah Lompatan Bidang Pertanian

Halaman:


Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau