Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Kuat, dan Saya Membuktikannya…"

Kompas.com, 4 November 2024, 10:25 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Setahun berlalu, tapi Dara (17), bukan nama sebenarnya, masih sulit melupakan peristiwa pahit yang dialaminya di pertengahan 2023.

Apa yang menimpa gadis asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ini telah mengubah jalan hidupnya.

Dengan suara bergetar dan terbata-bata, Dara berani berbagi cerita tentang peristiwa tragis yang dialaminya, meski harus menahan pilu dan emosi.

Baca juga: Perjuangan Anak Korban Pelecehan Seksual di Cianjur Melawan Stigma

Tak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya bahwa ia akan menjadi korban penyekapan dan dirudapaksa oleh seorang pemuda yang tidak dikenalnya.

“Saya berupaya melupakannya, tapi sulit. Tapi saya sekarang sudah kuat, dan saya mampu membuktikannya kepada semua orang,” ucap Dara saat ditemui di kantor P4AK Cianjur, Sabtu (2/11/2024).

Di usianya yang masih belia, Dara begitu tegar. Betapa tidak, meskipun telah menjadi korban kejahatan seksual, ia justru kurang mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitarnya.

Bahkan, Dara berulang kali menerima perundungan atas peristiwa yang menimpanya. Tak ayal, mentalnya terguncang dan merasa pada saat itu berada di titik terendah dalam hidupnya.

“Guru juga pernah ada yang bilang…” ucapnya, tetapi kalimat itu tertahan. Bibirnya bergetar, dan ia menunduk, menggenggam erat selembar tisu yang dipakai untuk menyeka matanya yang sembab.

Baca juga: Cerita Siti Fatimah Dampingi Korban Kekerasan Seksual, Terpapar Trauma dan Ancaman

Dalam situasi itu, teman-temannya justru menjauh, bahkan ada yang memintanya supaya pindah sekolah.

"Saya memilih bertahan karena ingin membuktikan kalau saya mampu menghadapi semua ini," ujar dia.

Beruntung, Dara memiliki keluarga yang selalu mendukungnya dan senantiasa menguatkan mental agar tabah dan tegar menghadapi kenyataan.

"Mamah selalu menguatkan saya, mengatakan kalau di luar sana masih banyak orang yang mengalami hal yang lebih buruk, tetapi mereka tetap mampu bertahan,"

"Saya juga mendapat bimbingan dan konseling di paguyuban ini (P4AK). Ini yang semakin menguatkan saya untuk bisa melalui situasi ini," ucap Dara.

Perlahan namun pasti, Dara mulai bisa menerima kenyataan hidupnya. Meski demikian, kenangan akan peristiwa itu terkadang masih menghantui.

"Sekarang saya sering menyibukkan diri, dan kalau ingat lagi, saya datang ke sini untuk curhat dengan teman-teman yang sesama korban," ujar dia.

Sebentar lagi, Dara akan menyelesaikan sekolah. Di sela rutinitasnya sebagai pelajar, ia juga aktif berolahraga bahkan menjadi kapten tim di sebuah akademi futsal.

Dara mengaku, sengaja menjaga stamina dan melatih fisiknya, karena setelah lulus SMA nanti berencana mendaftar sebagai anggota TNI.

"Ingin jadi tentara, maunya jadi Wara (TNI AU)," ucapnya.

Baca juga: Pegiat Medsos di Purwokerto Dipolisikan atas Kekerasan Seksual Kejam

Pendampingan hukum dan konseling

Ketua Harian Perkumpulan Pengacara Peduli Perempuan, Anak, dan Keluarga (P4AK) Kabupaten Cianjur Lidya Indayani Umar menyatakan, kasus rudapaksa yang menimpa Dara telah mendapat sorotan publik.

Perkara ini sudah inkrah atau memiliki kekuatan hukum tetap dari Pengadilan Negeri Cianjur dan pelaku diganjar hukuman maksimal selama 14 tahun penjara.

Lidya menyampaikan, pendampingan hukum dan upaya pemulihan psikis korban membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat peristiwa tragis yang dialaminya.

Selain itu, pasca kejadian, lingkungan sekitar tidak memosisikan korban sebagai pihak yang membutuhkan dukungan moral untuk pulih. Justru sebaliknya, korban mendapat stigma.

“Situasi itulah yang paling berat bagi korban sehingga butuh waktu lama untuk pulih psikisnya,” ucap Lidya saat ditemui di kantornya, Sabtu petang.

Lidya mengungkapkan, dari kasus kekerasan terhadap anak yang didampinginya, baik dari aspek hukum dan pemulihan korban, perkara kekerasan seksual adalah yang paling sulit ditangani.

Pasalnya, menurut Lidya, minimnya dukungan dari lingkungan dan keluarga korban, serta pelaku yang sebagian besar merupakan orang dekat atau dikenal korban, semakin menambah beban psikologis bagi korban.

Baca juga: UPH Tindak Tegas Dosen Musik Terduga Pelaku Kekerasan Seksual

Selain itu, masih ada masyarakat yang menganggap kasus atau kejadian tersebut sebagai tabu dan aib, sehingga ketika itu terjadi di lingkungan mereka, hal itu harus ditutup rapat-rapat dan meminta korban untuk tidak mengungkapkannya ke publik.

“Cara berpikir seperti itu yang harus diubah, dan ini tentu menjadi tanggung jawab semua pihak untuk bersama-sama mengedukasi, terutama para pemangku kebijakan, agar semua pihak sadar dan memahami bahwa kekerasan seksual terhadap anak sebagai pelanggaran hak asasi manusia,” ujar Lidya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau