Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Lagi Pengecer Elpiji 3 Kg, Pangkalan di Bandung Kewalahan Layani Pembeli

Kompas.com, 3 Februari 2025, 16:00 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Krisiandi

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Sejak diberlakukannya larangan penjualan gas elpiji ukuran 3 kilogram atau gas melon di warung-warung pada 1 Februari 2025, stok gas melon di pangkalan-pangkalan mengalami penurunan drastis.

Di Pangkalan gas Sukamenak Indah, Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, stok gas melon habis hanya dalam waktu satu jam.

Engkos Koswara (70), pemilik pangkalan, menjelaskan bahwa biasanya dalam sehari, pangkalan tersebut menerima pengiriman sebanyak 280 tabung gas elpiji ukuran 3 kilogram dari Pertamina.

Baca juga: Keluhkan Larangan Jual Elpiji 3 Kg, Pedagang: Daftar Jadi Pangkalan Ribet

Namun, pengiriman tersebut tidak hanya dijual di pangkalannya.

Dia menambahkan, pengiriman harian rata-rata per pangkalan berkisar antara 60 hingga 80 tabung.

"Di pangkalan kami totalnya 280 tabung dibagi 4 pangkalan," ungkapnya.

Engkos mengungkapkan bahwa sejak pertengahan Januari 2025, antrean untuk membeli gas melon sudah mulai terlihat, terutama saat libur panjang Isra Miraj dan Imlek.

"Meskipun antreannya tidak sepanjang saat awal Februari, banyak warga yang mengaku kesulitan menemukan gas melon di warung-warung," tuturnya.

Setelah larangan penjualan tersebut, pada hari ini, gas ukuran 3 kilogram langsung ludes dalam waktu satu jam sejak dibuka pukul 08.00 WIB.

"Mulai dari pagi sudah nunggu, kalau enggak nunggu kan begitu datang takut kehabisan, jadi pagi udah antre. Barang langsung habis dalam waktu 1 jam," jelasnya.

Baca juga: Kata Pertamina soal Larangan Pengecer Jual Elpiji 3 Kg

Kebijakan tersebut, menurut Engkos, membuat pemilik pangkalan kewalahan karena harus melayani masyarakat secara langsung.

"Kalau di sini pertengahan Januari sudah mulai ada antrean dari masyarakat karena di warung tidak ada. Kami harus melayani masyarakat secara langsung yang datang ke sini, jadi sebetulnya kewalahan," tambahnya.

Engkos juga mengungkapkan bahwa dengan adanya kebijakan dari Pertamina, mereka menjadi kerepotan dalam hal pelayanan.

"Masyarakat berbondong-bondong datang karena di tempat lain tidak ada. Mereka belum tahu akibat dari kebijakan ini, tetapi saya tahu bulan Januari, selama tiga hari tidak ada pengiriman," tuturnya.

Dia menjual gas melon kepada warga dengan harga Rp 16.600 hingga Rp 17.000 per tabung.

Baca juga: Pangkalan Elpiji 3 Kg Kewalahan Tanpa Pengecer: Harus Tahu Lapangan, Serba Salah...

"Kalau harga penjualan masih sesuai aturan Pertamina, walaupun menjual ke masyarakat langsung, saya jual Rp 17.000. Memang aturannya Rp 16.600, tapi karena masyarakat suka tidak mengambil kembaliannya, mereka ikhlas memberikan saja," bebernya.

Engkos berharap pemerintah bisa mengembalikan aturan seperti semula.

"Harapan kami dari pangkalan sebaiknya kembali ke semula agar kami bisa menjual ke eceran, karena itu ada banyak manfaatnya. Setidaknya kita berbagi pemasukan dengan warung, itu lebih enak," tutupnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau