Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reaksi Usai Warung Bisa Berjualan Elpiji 3 Kg Lagi, dari Belum Tahu hingga Senang...

Kompas.com, 4 Februari 2025, 14:07 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Para pemilik warung kelontong akhirnya bisa kembali menjual gas elpiji ukuran 3 kilogram setelah Presiden RI kembali mengizinkan pedagang eceran "gas melon" untuk kembali beroperasi.

Pantauan di lapangan, sejumlah warung kelontong masih belum menerima pasokan gas elpiji 3 kg.

Kendati begitu, beberapa pedagang mengaku bersyukur pemerintah kembali mengizinkan mereka (pemilik warung) untuk kembali menjual gas melon.

Djoko (47), misalnya, pemilik warung kelontong di Kampung Goyang, Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengaku belum mengetahui adanya informasi terbaru itu.

Baca juga: Saat Warga Beralih ke Kayu Bakar karena Sangat Sulit Dapatkan Elpiji 3 Kg...

"Belum nyebar kayanya, saya juga baru dengar itu," katanya ditemui di lokasi, Selasa (4/2/2025).

Jika sudah mendapatkan kabar stok gas sudah ada di pangkalan, Djoko mengatakan pihak pangkalan akan menghubungi warung-warung yang nantinya akan menampung.

"Biasanya suka dikontak dulu, sudah itu baru nanya stok masih ada enggak atau mau langsung diantar enggak? Biasanya sih pangkalan nanya dulu," ujarnya.

Meski baru mendapatkan kabar terkait hal itu, Djoko mengaku tadi pagi pukul 09.00 WIB sempat menghubungi pihak pangkalan, tetapi stok gas masih belum ada.

"Sudah tadi kontakan, cuma katanya belum ada, mungkin besok atau lusa katanya gitu," ucap dia.

Baca juga: Saat Warga Bandung Mulai Kelimpungan, Kesulitan Dapatkan Elpiji 3 Kg...

Terkait warung bakal dijadikan sub-pangkalan, Djoko mengaku bersedia, asalkan persyaratan dari Pertamina tidak menyulitkan para penjual gas eceran.

"Jangan ada syarat yang aneh-aneh, apalagi kalau diminta uang. Saya kalau gampang persyaratannya mau saja," kata dia.

Wahyu Purnama (38), salah satu pemilik warung kelontong di Desa Cileunyi Wetan, mengaku senang mendapatkan kabar warung eceran bisa kembali menjual gas elpiji ukuran 3 kilogram.

Menurut dia, dengan warung menjual gas melon sangat membantu pelayanan penjualan gas di pangkalan.

"Senang banget kalau kabarnya kaya gitu, istilah balik lagi ke awal, ini kan kami membantu bukan menyulitkan," kata Wahyu.

Baca juga: Beli Elpiji 3 Kg di Pangkalan Wajib Pakai KTP, Satu NIK Satu Elpiji, Begini Caranya

Dia mengaku belum menghubungi pihak agen terkait diizinkannya kembali warung kelontong untuk menjual gas.

"Belum sih kalau nanya atau gimana, tetapi nanti saya coba siapa tahu bisa dikirim sekarang," katanya.

Wahyu mengaku dalam sehari warungnya dipasok sebanyak 15 tabung gas.

Dia menjual dengan harga Rp 21.000.

"Kalau memang sekarang ada harga baru, ya kami mah pasti menyesuaikan saja," ucap Wahyu.

Sejumlah tabung gas ukuran 3 kilogram kosong berjajar di salah satu pangkalan di kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/2/2025)KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Sejumlah tabung gas ukuran 3 kilogram kosong berjajar di salah satu pangkalan di kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/2/2025)

Sementara itu, Marsi Yuningsih (44), pemilik warung kelontong di Komplek Manglayang Regensi di Desa Cimekar, mengatakan baru diberi tahu sang anak melalui media sosial terkait adanya warung eceran yang diizinkan kembali menjual gas.

"Tadi anak saya kasih tahu, tetapi enggak tahu benar atau enggak, akurat enggak beritanya. Namun, kalau betul alhamdulillah, enggak langka lagi," kata Marsi.

Dia membenarkan jika sejak dua hari lalu, banyak warga Komplek Manglayang Regensi yang kesulitan mencari gas.

Adanya informasi itu, setidaknya membuat dia dan warga bisa bernapas lega.

Selain menjual, dia juga sebagai ibu rumah tangga membutuhkan gas melon untuk sehari-hari.

"Butuh banget kalau gas, saya bersyukur kalau ada kabar itu. Buat saya sebagai ibu rumah tangga, agak susah juga nyarinya," ucap dia.

Marsi mengaku akan segera menghubungi agen pangkalan gas untuk menanyakan ketersediaan barang.

"Kalau ada hari ini saya maulah, banyak yang nanyain juga soalnya. Tapi dari kemarin memang belum nanyain juga," kata dia.

Saat situasi normal, dalam sehari warung kelontongannya dipasok gas sebanyak 18 tabung.

Dia menjual gas dengan harga Rp 20.000 per tabung.

"Kalau ada kebijakan baru soal harga, saya siap menyesuaikan, namanya juga aturan," ucap dia.

Baca juga: Bahlil Dipanggil Prabowo di Tengah Kisruh Gas Elpiji 3 Kg

Sebelumnya, Wakil Ketua DPR-RI Sufi Ahmad Dasco mengatakan telah berkomunikasi dengan Presiden terkait kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kg.

Dari hasil komunikasi itu, kata Dasco, Presiden meminta agar warung kelontong bisa kembali menjual gas.

Sambil kembali diizinkan berjualan gas, pihak Pertamina bakal kembali mendata warung kelontong untuk nantinya dijadikan sub-pangkalan.

Selain persyaratan baru, menurut Dasco, aturan terkait sub-pangkalan akan mengatur juga soal harga gas elpiji di tengah masyarakat.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau