Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusuh Petani di Pangalengan Bandung hingga Bakar Saung, Bupati Buka Suara

Kompas.com, 23 April 2025, 06:17 WIB
Eris Eka Jaya

Editor

KOMPAS.com - Aksi protes para pekerja kebun teh binaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) meletus di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Senin (21/4/2025).

Ratusan petani turun ke lapangan untuk menolak alih fungsi lahan kebun teh menjadi perkebunan sayur seperti wortel dan kentang.

Puluhan hektar kebun teh telah dirusak oleh sekelompok orang yang diduga menyerobot lahan.

Bahkan, beberapa hari sebelum aksi protes, video penggundulan kebun teh beredar luas di media sosial seperti TikTok dan X.

Baca juga: Ratusan Petani Kebun Teh Pangalengan Cabut Sayuran dan Bakar Gubuk, Protes Alih Fungsi Lahan

"Saya lihat sendiri, ini dibabat oleh orang desa sekitar juga. Mereka dibayar karena mungkin tidak punya penghasilan juga, jadi pas disuruh ya asal kerjakan saja,” ungkap WA, warga yang menolak pengalihfungsian lahan, saat dikonfirmasi Selasa (22/4/2025).

Keterangan Camat

Plt Camat Pangalengan, Vena Andriawan, membenarkan bahwa aksi protes terjadi di Blok Pahlawan, Desa Pangalengan.

Ia mengungkap bahwa pihak PTPN memang kesulitan menjaga seluruh lahan yang luasnya mencapai 6.000 hektar.

"Misalnya dijaga sektor A, sektor B dijarah. Ini seperti kucing-kucingan. Kami memaklumi, memang luas lahan luar biasa, tidak mungkin dipantau terus-menerus," ujarnya.

Dari penelusuran sementara, lahan yang dialihfungsikan secara ilegal kini telah mencapai hampir 100 hektar.

Baca juga: Longsor Landa Pangalengan, Kades Ungkap Kejadian, Polisi Urai Kemacetan

Akibat situasi ini, saat aksi protes berlangsung, para petani yang marah sempat membakar beberapa saung yang diduga digunakan oleh pelaku penggundulan.

"Karena kemarin tuh ada 400 orang dari serikat petani perkebunan yang hadir. Pasti ada saja yang emosi, apalagi dulunya kebun teh, sekarang terlihat jadi kebun sayur," kata Vena.

Keterangan Kapolsek

Kapolsek Pangalengan, AKP Edi Permana, menyatakan pihaknya tengah menyelidiki kasus tersebut.

Ia mengonfirmasi telah terjadi insiden pembakaran dan pencabutan tanaman wortel dan kentang.

"Memang kemarin sempat terjadi insiden pembakaran dan pencabutan tanaman. Kami sedang dalami kasus ini," ujar Edi.

Ratusan petani binaan PTPN melakukan protes alih fungsi lahan perkebunan teh Pangalengan yang dijadikan tanaman sayuran dan wortel, mereka mencabuti tanaman sayuran dan membakar gubuk yang diduga digunakan para pelaku penggundulan kebub teh, Selasa (22/5/2025)KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Ratusan petani binaan PTPN melakukan protes alih fungsi lahan perkebunan teh Pangalengan yang dijadikan tanaman sayuran dan wortel, mereka mencabuti tanaman sayuran dan membakar gubuk yang diduga digunakan para pelaku penggundulan kebub teh, Selasa (22/5/2025)

Tanggapan Bupati Bandung

Sementara itu, Bupati Bandung, Dadang Supriatna, mengecam keras tindakan alih fungsi lahan secara ilegal.

Ia menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung tidak pernah mengeluarkan izin terkait perubahan lahan tersebut.

Baca juga: Kecam Alih Fungsi Lahan Ilegal Perkebunan Teh Pangalengan, Bupati Bandung Klaim Tak Pernah Keluarkan Izin

"Perusakan lahan Pangalengan, harus dilakukan penindakan, sesuai dengan aturan undang-undang," kata Dadang saat ditemui Selasa (22/4/2025).

"Kami tidak mau mengeluarkan izin karena belum ada ketentuan yang namanya HGU (Hak Guna Usaha) yang ada bangunan. Pemerintah tidak bisa sembarangan mengeluarkan izin. Kami harus periksa dulu status HPL (Hak Pengelolaan Lahan)," tuturnya.

(Penulis Kontributor Bandung Kompas.com: M Elgana Mubarokah)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Cerita Haru Pekerja Bangunan Indramayu, Selamatkan Anak Terseret Arus dan Bertahan Hidup Pascabanjir Aceh
Cerita Haru Pekerja Bangunan Indramayu, Selamatkan Anak Terseret Arus dan Bertahan Hidup Pascabanjir Aceh
Bandung
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau