Editor
KOMPAS.com - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 2 bersama para petani dan pegiat lingkungan menyatakan penolakan terhadap praktik penanaman sayuran di lahan kebun teh Malabar, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Manager Kebun Malabar PT Perkebunan Nasional (PTPN) I Regional 2, Heru Supriadi, menyampaikan pihaknya telah menyepakati penolakan ini melalui petisi bersama.
Menurutnya, alih fungsi lahan dari tanaman teh ke sayuran tidak hanya berdampak pada ekosistem, tetapi juga mengancam ketersediaan air dan meningkatkan risiko banjir lumpur, terutama bagi warga di wilayah Pasirmulya.
Baca juga: Ratusan Petani Kebun Teh Pangalengan Cabut Sayuran dan Bakar Gubuk, Protes Alih Fungsi Lahan
"Sejatinya, warga atau petani kebun teh itu jelas menolak area perkebunan teh ditanami sayuran," ujar Heru dalam konfirmasi via sambungan telepon pada Jumat (25/4/2025).
Heru mengungkapkan aktivitas penggundulan lahan teh tersebut sudah terjadi sejak Juni 2024 dan telah dilaporkan ke pihak kepolisian.
Namun, hingga kini, perkembangan kasusnya masih terus ditanyakan.
"Kami sudah proses di Polres, cuma memang kami masih terus menanyakan perkembangannya," tambahnya.
Kecurigaan dan Sembunyi-sembunyi
Ia mencurigai adanya pihak tertentu yang menjadi aktor intelektual di balik perusakan tersebut.
"Dicurigai ada aktor intelektualnya, ada yang memanfaatkan masyarakat, isu itu sudah beredar di masyarakat," katanya.
Baca juga: Rusuh Petani di Pangalengan Bandung hingga Bakar Saung, Bupati Buka Suara
Penggundulan tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada ekonomi masyarakat. Beberapa petani teh harus kehilangan mata pencahariannya akibat rusaknya tanaman.
Heru menuturkan upaya perusakan sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi, bahkan pada waktu-waktu yang tidak terduga.
"Bahkan, yang lebih menyedihkannya, di saat kami shalat Jumat, di saat kami shalat Id, mereka melakukan (penggundulan), jadi curi-curi waktu," tuturnya.
Ia pun menceritakan betapa kecewanya para petani saat menemukan tanaman teh mereka hilang tepat sebelum panen.
"Ada kejadian yang sangat menyedihkan, itu di saat besoknya petani atau karyawan pemetik teh itu mau melakukan panen, itu pohonnya sudah hilang," ucapnya.
Baca juga: Longsor Landa Pangalengan, Kades Ungkap Kejadian, Polisi Urai Kemacetan
Dalam menghadapi situasi ini, PTPN I Regional 2 telah menempuh jalur hukum dan administratif.
Selain melapor ke kepolisian, mereka juga telah menyampaikan laporan ke kantor regional, meski belum sampai ke pemerintah daerah.
"Kalau ke pemerintah daerah belum, tetapi kalau kantor regional kami ya sudah sering," ujarnya.
Sebagai langkah pemulihan, lahan yang telah gundul akan kembali ditanami bibit teh. Saat ini, PTPN sedang berkoordinasi dengan penggiat lingkungan serta dinas terkait untuk melaksanakan penanaman ulang secara berkelanjutan.
Sebelumnya, pada Senin (21/5/2025), ratusan petani kebun teh binaan PTPN menggelar aksi protes di Pangalengan.
Mereka menolak keras perubahan fungsi lahan teh menjadi ladang wortel dan kentang.
Dugaan perusakan puluhan hektar kebun teh oleh kelompok tidak dikenal pun menjadi sorotan, terlebih setelah video aksi tersebut viral di platform media sosial TikTok dan X.
Isu ini terus menjadi perbincangan hangat di ruang digital sejak aksi tersebut berlangsung.
(Penulis Kontributor Bandung Kompas.com: M Elgana Mubarokah)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang