Rencananya, usai Sukirman disekolahkan di Bekasi untuk memahami lebih jauh soal rambu-rambu kereta api dan aturan menjaga perlintasan, dia akan mengisi pos pengawasan untuk kemudian menjadi operator palang pintu otomatis.
"Sekarang sudah diakomodasi sama Dishub Kabupaten Bandung, baru dua tahun. Disekolahkan dulu di Bekasi sama Dishub. Dikasih tahu soal lintasan dan palang kereta. Sederhana, saya cuma diminta KTP, KK, dan ijazah," terangnya.
"Ini juga sudah aktif palangnya, cuma katanya kurang pekerja, saya dijanjikan jadi operator untuk itu," tambahnya.
Dua tahun menjadi pegawai Dishub, Sukirman dibayar Rp 70.000 per hari.
Tak hanya itu, dia diwajibkan absen melalui grup WhatsApp dengan cara mengirim foto.
Kendati sudah berpengalaman menjadi penjaga palang pintu kereta api, tak sedikit para pengendara yang nekat melintas, padahal palang pintu sudah diturunkan.
Dulu, kata dia, dia kerap kali berdebat dengan pengendara.
Namun, belakangan masing-masing pengendara kerap saling mengingatkan agar tak menerobos saat kereta akan melintas.
"Meskipun sudah saya jaga, ada aja yang menerobos. Malah yang marah itu sesama pengendara. Kalau sama saya pasti marah; saya mah sudah berupaya melarang," ungkap dia.
"Saya pernah berdebat dengan polisi yang menerobos, malah saya debat saja karena dia enggak lihat ada rambu-rambu atau peralatan penerangan yang saya pakai. Itu malam kejadiannya," tutur dia.
Jalur kereta akan terasa sibuk saat bulan puasa. Sukirman menuturkan jadwal kereta berangkat bisa bertambah hingga delapan pemberangkatan.
Pada masa sibuk itu, tak sedikit kisah tragis kecelakaan atau aksi bunuh diri kerap disaksikannya selama menjaga perlintasan kereta.
"Kalau kecelakaan kendaraan, alhamdulillah belum, tetapi yang bunuh diri pengalaman saya ada empat kali. Semua itu rata-rata beberapa hari jelang Lebaran," tutur dia.
Sekali lagi, genta berbunyi dua kali, tanda kereta dari dua arah akan melintas.
Sukirman membelah kebisingan genta dengan menurunkan palang bambu.
Lambaian tangannya seketika menjadi peringatan keras bagi pengendara.
Meski begitu, senyuman manis pasti akan terlepas usai kereta melintas, terus berulang hingga petang tanda jadwal Sukirman harus pulang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang