Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istri Bos Pabrik PCC Divonis 17 Tahun, Karyawan Lolos dari Hukuman Mati

Kompas.com, 6 Juli 2025, 14:01 WIB
Rasyid Ridho,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

SERANG, KOMPAS.com - Istri bos pabrik narkoba jenis pil paracetamol, caffeine, carisoprodol (PCC), Beny Setiawan, yakni Reni Setiawan, divonis 17 tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Serang. Vonis ini lebih ringan dari tuntutan jaksa yang meminta hukuman penjara seumur hidup.

Selain itu, Reni juga dijatuhi hukuman denda Rp 1 miliar subsider dua tahun penjara.

"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 17 tahun," kata Hakim Ketua Bony Daniel saat membacakan amar putusan di PN Serang, Jumat (4/7/2025).

Hakim menyatakan, Reni terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 112 Ayat (2) juncto Pasal 132 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Putra Reni dan Beny, Andrei Fathur Rohman, juga divonis sama, yakni 17 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider dua tahun penjara. Vonis ini juga lebih ringan dibanding tuntutan jaksa yang meminta hukuman 20 tahun penjara.

 Baca juga: Bos Pabrik Narkoba Pil PCC di Serang Banten Dituntut Hukuman Mati

Karyawan dan Kaki Tangan Juga Divonis

Sementara itu, lima terdakwa lainnya yang merupakan karyawan pabrik PCC, yakni Acu, Muhamad Lutfi, Hapas, Burhanudin, dan Abdul Wahid, dijatuhi hukuman bervariasi.

Acu, Lutfi, dan Hapas masing-masing divonis 20 tahun penjara dan denda Rp 10 miliar subsider dua tahun penjara. Mereka lolos dari tuntutan hukuman mati yang diajukan jaksa.

Sedangkan Burhanudin divonis 20 tahun penjara, lebih ringan dari tuntutan jaksa yang meminta hukuman penjara seumur hidup.

Untuk Abdul Wahid dan Jafar yang disebut sebagai kaki tangan utama Beny, hakim menjatuhkan vonis penjara seumur hidup. Mereka dinilai terbukti melanggar Pasal 114 Ayat (2) juncto Pasal 132 Ayat (1) UU Narkotika.

Sebelum menutup persidangan, Hakim Bony memberikan waktu kepada para terdakwa dan penasihat hukumnya untuk mempertimbangkan upaya hukum selanjutnya.

 Baca juga: Lolos Hukuman Mati, 8 Terdakwa Pabrik Narkoba Malang Divonis 18 dan 20 Tahun Penjara

Jaksa Akan Banding

Kasi Pidum Kejari Serang Purqon Rohiyat menyatakan akan mengajukan banding atas vonis hakim yang lebih ringan dari tuntutan jaksa.

"Tentu karena tuntutan yang kami (jaksa) bacakan tidak sesuai dengan putusan hakim, maka kami akan melakukan upaya hukum banding," ujar Purqon.

Produksi PCC Triliunan Rupiah

Kasus ini bermula pada Juni 2024. Saat itu, Beny Setiawan yang masih mendekam di penjara menerima pesanan pil PCC sebanyak 270 koli dari seseorang bernama Agus (DPO) dengan harga Rp 19 juta per koli. Pesanan lain datang dari Faisal sebanyak 80 koli seharga Rp 34 juta per koli.

Untuk memenuhi pesanan tersebut, Beny mempersiapkan produksi dengan membeli bahan baku seperti carisoprodol, paracetamol, dan caffeine dari Mulyadi dan Yudha (DPO). Selain itu, dia membeli bahan pelengkap serta mesin cetak tablet dan alat produksi lainnya.

Pabrik PCC itu berlokasi di Jalan Baladika, Gurugui Timur, Kota Serang, Banten.

Dalam proses produksi, Beny melibatkan sejumlah orang termasuk istrinya, Reni, yang bertugas mentransfer uang pembelian bahan baku serta menerima hasil penjualan.

Dari penjualan ke Agus, Beny meraup Rp 5,13 miliar, sedangkan penjualan ke Faisal menghasilkan Rp 2,72 miliar.

Pengiriman barang dilakukan melalui Ekspedisi PT Karunia Indah Delapan Ekspress.

Pabrik tersebut akhirnya dibongkar Badan Narkotika Nasional (BNN) RI pada 30 September 2024. Dalam penggerebekan itu, BNN mengamankan 10 orang tersangka serta barang bukti berupa bahan baku dan alat produksi pil PCC.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau