Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rp 50 Triliun dari Pusat untuk Program MBG Jawa Barat Tahun Depan

Kompas.com, 29 September 2025, 23:13 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jawa Barat mendapat suntikan dana Rp 50 triliun dari pemerintah pusat melalui Badan Gizi Nasional (BGN). Dana ini akan dikucurkan tahun depan dan masuk sebagai pendapatan asli daerah (PAD).

Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan, dana tersebut disiapkan agar pelaksanaan MBG di Jawa Barat berjalan lancar.

“Sinkronisasi dan kerja sama sudah disepakati. Pemerintah daerah di Jawa Barat akan melaksanakan program ini bersama-sama,” ucap Dadan usai rapat koordinasi Program Strategis Nasional MBG di Bale Pakuan Padjajaran, Bogor, Senin (29/9/2025).

Baca juga: Kelakar Presiden Prabowo ke Dedi Mulyadi: Kalau Kau Brengsek, Saya Usut

Dadan menegaskan, kontribusi pusat harus dimanfaatkan daerah dengan baik agar program berjalan maksimal. Seluruh kepala daerah di Jabar telah dilibatkan dalam rapat koordinasi agar pelaksanaan MBG terintegrasi di semua kabupaten dan kota.

“Kami Badan Gizi Nasional akan mengirimkan uang tahun depan ke Jawa Barat kurang lebih itu Rp 50 triliun dan dianggap sebagai bagian dari pendapatan asli daerah. Jadi itu kontribusi pemerintah pusat untuk daerah, jadi memang di daerah, uangnya tidak dikelola pemerintah daerah tapi seluruhnya dirasakan oleh pemerintah daerah, termasuk masyarakat,” jelasnya.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyambut alokasi dana tersebut dengan menyiapkan langkah evaluasi dan pengawasan. Ia menegaskan akan membentuk tim evaluasi MBG sebelum Satgas nasional dibentuk pemerintah pusat. Tim ini bertugas memantau pelaksanaan mulai dari penyediaan bahan baku hingga distribusi makanan di sekolah.

Baca juga: Dedi Mulyadi Larang Guru Cicipi MBG, Hanya Tim Khusus yang Berwenang

“Kualitas makanan menjadi perhatian utama. Karena itu, tim khusus akan mencicipi makanan untuk memastikan kelayakan bahan pangan, bukan guru atau pihak sekolah,” kata Dedi.

Selain itu, ia mendorong pembentukan lembaga aduan di tiap kabupaten dan kota. Lembaga ini akan menerima keluhan dari guru maupun siswa terkait kualitas maupun porsi makanan.

“Kalau ada pengurangan porsi atau kualitas yang tidak sesuai, laporan itu harus ditindaklanjuti segera,” ujar Dedi.

Dedi menekankan, angka Rp 10.000 per porsi tidak boleh berkurang. Pelanggaran dapat berakibat sanksi administratif, penghentian kemitraan, hingga proses pidana korupsi.

Ia juga mengusulkan sekolah dengan jumlah siswa lebih dari seribu orang membangun dapur khusus yang bisa dikelola bersama Pemda dan orangtua siswa sebagai relawan pengelola.

Baca juga: Anggota Dewan Disinyalir Bermain dalam Program MBG, Ketua DPRD Kuningan: Kami Akan Verifikasi Keterlibatannya

“Kalau dapurnya ada di sekolah, orangtua bisa ikut mengawasi langsung, sehingga kualitasnya lebih terjamin,” ujar Dedi.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya melibatkan tenaga kerja lokal dan pasokan bahan pangan dari daerah sekitar. Menurut Dedi, pola ini menciptakan perputaran ekonomi baru dan memastikan dana pusat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat lokal.

“Seluruh suplai dan demand MBG harus terdata agar jelas kontribusinya terhadap ekonomi daerah,” tambahnya.

Program MBG hadir di tengah berkurangnya dana transfer pemerintah pusat, yang berdampak pada pembangunan infrastruktur dan penyerapan tenaga kerja. Dedi menegaskan, MBG bisa menjadi stimulus untuk menutup kekosongan fiskal. “Kalau dana transfer berkurang, otomatis pembangunan menurun. Dengan MBG, ekonomi bisa tetap bergerak,” ucapnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Cerita Haru Pekerja Bangunan Indramayu, Selamatkan Anak Terseret Arus dan Bertahan Hidup Pascabanjir Aceh
Cerita Haru Pekerja Bangunan Indramayu, Selamatkan Anak Terseret Arus dan Bertahan Hidup Pascabanjir Aceh
Bandung
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau