BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Pencemaran limbah air lindi TPA Sarimukti di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat sudah masuk dalam kondisi mengkhawatirkan.
Kondisi itu dibuktikan oleh Masyarakat Peduli TPA Sarimukti yang melakukan uji coba ketahanan ikan mas, lele, dan nila di dalam genangan air yang diambil dari sungai yang tercemar limbah air lindi TPA Sarimukti.
Tim ingin melihat berapa lama ketiga ikan itu bertahan hidup di air sungai yang tercemar TPA Sarimukti dengan air dari saluran pipa atau outlet instalasi pengolahan air limbah (IPAL) TPA Sarimukti.
Baca juga: Sampah Menumpuk di Pasar Sehat Cileunyi, DLH Bandung Sebut Masalahnya Ada di TPA Sarimukti
"Hasilnya, saat memakai air yang sudah bercampur dengan air sungai (TPA Sarimukti) ikan mas tewas dalam 10 menit dan ikan nila tewas dalam 19 menit," ungkap Anggota Masyarakat Peduli TPA Sarimukti, Wahyu Dharmawan, Kamis (20/7/2023).
"Sedangkan (air) dari outlet, ikan mas mati dalam 3 menit, ikan lele 5 menit, dan ikan nila mati dalam kurun 6-8 menit," sambung dia.
Dari investigasi yang dilakukan, limbah air lindi itu keluar dari outlet IPAL TPA Sarimukti. Dari lubang pipa tersebut mengalir limbah air lindi berwarna coklat dan berbusa yang langsung mengalir ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.
Sungai yang langsung tercemar limbah air lindi itu yakni sungai Ciganas dan Cipanawuan, aliran sungai tersebut mengalir menuju Sungai Cimeta kemudian masuk ke Sungai Citarum.
Wahyu menghitung debit air yang keluar dari pipa IPAL TPA Sarimukti rata-rata 6 liter per detik. Dengan jumlah tersebut, dapat diambil rata-rata limbah B3 air lindi yang mengalir ke sungai mencapai 500 meter kubik per hari.
Jumlah itu merupakan hasil hitungan-hitungan air limbah yang keluar pada musim kemarau, sementara saat musim hujan debit air limbah yang mengalir bisa lebih besar lagi.
"IPAL ini dirancang 6 liter per detik. Kalau saya ngitung minimal dalam 1 hari, B3 yang masuk ke sungai Cipicung dan mengalir ke waduk Cirata kurang lebih 500 kubik per hari. Kalau nanti saat hujan, lebih besar lagi bisa 2.000 kubik per hari," ujar Wahyu.
Masyarakat Peduli TPA Sarimukti mengaku sudah menemukan pencemaran air lindi dari dapur TPA Sarimukti terjadi sejak tahun 2019.
Pada tanggal 9 dan 19 April 2022, pihaknya mengunjungi area Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) TPA Sarimukti. Hasil investigasi lapangan, mereka menemukan adanya dugaan praktik pembuangan limbah air lindi dengan unsur kesengajaan.
Rupanya kondisi pencemaran limbah itu sudah diketahui berlangsung sejak lama, Masyarakat Peduli TPA Sarimukti pun telah mengadukan kepada jajaran UPTD PSTR Jabar pada Mei 2022 lalu.
Namun laporan itu hanya ditumpuk di meja laporan, hingga saat ini aktivis pegiat lingkungan tak pernah menerima tindak lanjut penanganan limbah air lindi TPA Sarimukti.
"DLH bilang bakal melakukan berbagai upaya, Ridwan Kamil juga sebagai Dan sektor Citarum Harum akan investasi, tapi sampai sekarang limbah terus terjadi. Sehingga apa yang beliau nyatakan itu lebih ke retorika saja," kata Wahyu.