Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbakarnya TPA Sarimukti dan Nestapa Ratusan Warga Alami ISPA

Kompas.com - 28/08/2023, 04:30 WIB
Pythag Kurniati

Editor

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com- Asap tipis disertai bau benda terbakar mulai tercium saat memasuki Jalan Ciburahol, Rajamandala Kulon, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat yang berjarak sekitar empat kilometer dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti.

Asap bertambah pekat dan bau terbakar semakin menusuk ketika beberapa ratus meter lagi menuju TPA yang menjadi tempat pembuangan sampah bagi empat kota kabupaten di Jawa Barat ini.

Di udara, terlihat helikopter water bombing milik BNPB hilir mudik menjatuhkan empat ribu liter air ke titik-titik kebakaran setiap kali terbang. Asap masih terlihat pekat yang menandakan kebakaran masih terjadi di hari ke tujuh ini.

Baca juga: Ridwan Kamil Sebut Beberapa Titik Api di TPA Sarimukti Sudah Padam

Neni Suryani menggandeng tangan cucunya, Muhammad Rizki, masuk ke ruang praktik dokter di Posko Kesehatan TPA Sarimukti yang dibuka oleh Puskesmas Cipatat Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (26/8/2023).

Cucu laki-lakinya yang berumur 9 tahun itu mengalami sesak napas dan batuk. Setelah diperiksa, Rizki didiagnosis mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) akibat menghirup asap kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang telah berlangsung sejak sepekan lalu.

Sang nenek, Neni, juga mengalami gejala serupa. Mata nenek berusia 68 tahun itu pun mengalami perih atau didiagnosis konjungtivitis akibat terpapar asap.

Konjungtivis adalah peradangan selaput yang meliputi bagian depan mata atau konjungtiva dan menyebabkan mata berwarna kemerahan.

Baca juga: 95 Persen TPS di Kota Bandung Overload Imbas Kebakaran TPA Sarimukti

Neni mengetahui kebakaran TPA Sarimukti saat tetangganya berteriak “kebakaran” sambil berlarian menuju TPA yang jaraknya sekitar satu kilometer dari rumahnya yang berlokasi di Kampung Jati RT 1 RW 1 Desa Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.

Neni keluar rumah dan melihat asap sudah membumbung tinggi disertai dengan nyala api.

Sejak itu, rumahnya kerap sesak dengan asap yang terbawa angin. Asap yang membuatnya mual.

Asap kebakaran TPA Sarimukti masuk pula ke rumah Heri yang jaraknya sekitar dua kilometer dari TPA Sarimukti.

Kakek berusia 60an tahun itu pun mengalami keluhan serupa, yaitu sesak napas dan mata perih. Tapi dia merasa belum perlu memeriksakan diri ke dokter.

“Asapnya sampai sini, terasanya pengap. Kebanyakan (mengalami) sesak napas,” ujarnya kepada Yuli Saputra, wartawan di Bandung yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Sabtu (26/8/2023).

Ratusan warga terdampak

Kebakaran di TPA Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat tak kunjung padam meski sudah hari keenam, Kamis (24/8/2023).KOMPAS.COM/Bagus Puji Panuntun Kebakaran di TPA Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat tak kunjung padam meski sudah hari keenam, Kamis (24/8/2023).

Data Posko Kesehatan Puskesmas Cipatat mencatat hingga Sabtu (26/8/2023) siang, warga yang mengalami ISPA sebanyak 246 pasien dan konjungtivitis sebanyak 19 pasien.

Dari jumlah tersebut, sebanyak tiga orang pasien yang terdiri dari dua dewasa dan satu balita terpaksa dirujuk ke RSUD Cikalong Wetan karena mengalami sesak napas berat.

Pasien yang berkunjung ke posko kesehatan darurat tersebut kebanyakan didiagnosis ISPA.

Data pasien yang tercatat memeriksakan diri pada Sabtu (26/8/2023), dari 68 pasien, 59 pasien mengalami ISPA.

“Yang banyak berkunjung ke sini dan berobat dari warga dari RW 10 dan 15. Paling banyak mengalami ISPA," kata Nuraeni, Kepala Puskesmas Cipatat yang ditemui di lokasi, Sabtu.

Baca juga: Kebakaran TPA Sarimukti: 223 Warga Alami ISPA, Ratusan Ribu Liter Air Disiramkan

"Banyaknya orang dewasa, kalau anak-anak kemarin juga cuma 20-an, kalau dewasanya hampir 60an,” lanjut Nuraeni.

Penyakit ISPA juga mendominasi diagnosis pasien yang berobat ke Posko Kesehatan Polda Jawa Barat yang dibuka di Kantor Desa Sarimukti. Hingga Jumat (25/8/2023), jumlah pasien ISPA berjumlah 176 pasien.

Tim Kesehatan Polda Jabar sempat pula melakukan pemeriksaan dari pintu ke pintu dan menemukan sebanyak 35 warga mengalami ISPA.

Ilustrasi pernapasan freepik.com/eddows-animator Ilustrasi pernapasan

Dokter di Posko Kesehatan Puskesmas Cipatat, dr. Fiqih Firdaus menyebutkan, paparan asap yang terus menerus dan dalam jumlah banyak bisa mengakibatkan gangguan pada pernapasan serta iritasi pada mata.

Itulah sebabnya, banyak warga sekitar TPA Sarimukti mengalami penyakit ISPA dan konjungtivitis.

Jika paparan asap kebakaran ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama, kata Faqih, dikhawatirkan warga akan mengalami gangguan kesehatan yang lebih berat, bahkan berisiko pada kematian.

“Jadi kalau dampaknya ke warga, kalau menghisap asap terlalu lama, yang pertama sudah pasti ke pernapasan, yang mana kalau ke pernapasan itu dia bisa menyebabkan sesak napas, batuk-batuk jadi ISPA, infeksi saluran pernapasan atas," jelas Fiqih.

Baca juga: Helikopter Water Bombing Mengudara di TPA Sarimukti, Guyur 20.000 Liter Air

Dampak yang kedua, lanjutnya, mata akan terasa pedih, dan kepala pusing karena kadar oksigen di dalam darah jadi berkurang.

"Pusing lemes itu mah sudah pasti disertai sesak napas. Kalau jangka panjangnya, bisa banyak," kata Fiqih.

"Kalau terus-terusan, (kebakaran) ini berbulan-bulan, dampaknya bisa jadi kanker paru-paru. Sama kayak rokok lah gitu," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2 Pembunuh Wanita dalam Karung di Cirebon Ditangkap, Korban Sempat Diperkosa

2 Pembunuh Wanita dalam Karung di Cirebon Ditangkap, Korban Sempat Diperkosa

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Partai Nasdem Tak Terima Pendaftaran Calon Walkot Bandung Selain Kader

Partai Nasdem Tak Terima Pendaftaran Calon Walkot Bandung Selain Kader

Bandung
Omzet Batik Chanting Khas Lebak Kembali Normal, Rp 250 Juta Per Bulan

Omzet Batik Chanting Khas Lebak Kembali Normal, Rp 250 Juta Per Bulan

Bandung
Pencurian Saat Syukuran di Bandung, Pelaku Beraksi Saat Pura-pura ke Toilet

Pencurian Saat Syukuran di Bandung, Pelaku Beraksi Saat Pura-pura ke Toilet

Bandung
Barusen Hills di Bandung: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Barusen Hills di Bandung: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Bandung
Kisah Penjual Cilok, Keliling Bersihkan Toilet Masjid secara Sukarela

Kisah Penjual Cilok, Keliling Bersihkan Toilet Masjid secara Sukarela

Bandung
Pembunuhan Kakek Alex di Garut oleh Anggota Geng Motor, Jasad Korban Ditemukan dalam Kondisi Mengenaskan

Pembunuhan Kakek Alex di Garut oleh Anggota Geng Motor, Jasad Korban Ditemukan dalam Kondisi Mengenaskan

Bandung
3 Pencuri Rel KA di Garut Ditangkap, 1 Kabur

3 Pencuri Rel KA di Garut Ditangkap, 1 Kabur

Bandung
Kronologi Pembunuhan Gadis di Kamar Kos, Pelaku Dijerat Pasal Berlapis

Kronologi Pembunuhan Gadis di Kamar Kos, Pelaku Dijerat Pasal Berlapis

Bandung
Atasi Sampah di 4 Daerah, Operasional TPPAS Lulut Nambo Dipercepat

Atasi Sampah di 4 Daerah, Operasional TPPAS Lulut Nambo Dipercepat

Bandung
Viral, Pencurian Bermodus Pura-pura Jadi Tamu Syukuran Pengajian di Kota Bandung

Viral, Pencurian Bermodus Pura-pura Jadi Tamu Syukuran Pengajian di Kota Bandung

Bandung
Diungkap, Motif Pembunuhan Gadis di Kamar Kos soal Uang Kencan

Diungkap, Motif Pembunuhan Gadis di Kamar Kos soal Uang Kencan

Bandung
Kebakaran Landa Penampungan Limbah Plastik di Kawasan Industri Panyileukan Bandung

Kebakaran Landa Penampungan Limbah Plastik di Kawasan Industri Panyileukan Bandung

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com