KOMPAS.com - Muhammad Bintang Satria (16), pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tewas dibacok saat hendak mengantar temannya ke konter dikenal sebagai anak yang berprestasi.
Murid SMK Golden itu tewas oleh pelajar yang tidak dikenalnya di pinggir Jalan Pasar Lama, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/12/2023) pukul 12.20 WIB.
"(korban) Baim adalah anak laki-laki satu-satunya orangtua kami, beliau hafidz quran juz 3 dan mau mengejar juz 5 tapi keburu lulus SMP di pondok pesantren dan baru lima bulan lalu masuk SMK Golden," ucap kakak Baim, Bunga Kamelia Tiara Rengganis (21), mengenang masa hidup korban, Minggu (3/12/2023).
Baca juga: Pulang Sekolah, Pelajar SMK Tewas Dibacok di Ciampea Bogor
Bintang atau biasa dipanggil Baim merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Ia menyimpan cita-cita mulia menjadi kiai. Kelak, ia ingin membahagiakan kedua orangtuanya.
Baim berkeinginan mewujudkan cita-cita mulia tersebut ketika beranjak dewasa.
"Kata ibu saya, ibu sempat menyuruh beliau menjadi ustadz, tapi jawaban beliau selalu 'aim ingin jadi kyai'," ujarnya.
Teman dan para tetangga mengenalnya sebagai pelajar yang pandai dan berprestasi.
Bahkan, Baim disebut-sebut sebagai anak kesayangan gurunya di sekolah karena pandai dan punya budi pekerti yang baik.
Baim yang merupakan siswa SMK jurusan Teknik Komputer dan Jaringan ini tidak pernah berbuat macam-macam di lingkungan sekolah maupun rumah.
Baca juga: Cemburu, Suami di Kuningan Tega Bacok Kepala dan Tangan Istri
Dia juga dikenal sebagai anak yang menaati orangtua dan tidak memiliki musuh atau bermasalah dengan orang lain. Baim adalah simbol kebanggaan keluarga dan gurunya.
"(Saat pemakaman tabur bunga) kemarin gurunya yang datang sampai bilang bahwa Bintang kalau tidak ada di kelas (istirahat), selalu ada di mushala, tidak ke mana mana," ungkapnya.
Karena itu, pihak keluarga memastikan bahwa Baim tidak terlibat tawuran atau keributan dengan orang lain saat kejadian tragis tersebut.
Pasalnya, teman satu sekolah juga mengenang Bintang, sapaan di sekolah, sebagai anak yang tidak pernah ikut nongkrong.
Apalagi kalau sampai dibilang punya musuh atau keributan dengan orang lain.