"Tidak banyak kadang tidak sampai dengan apa yang kerjakan, kadang saya yang nutupin, paling juga sejuta kemampuan masyarakat sisanya pake tenaga," bebernya.
Asep membenarkan kondisi seperti itu sudah berlangsung selama lebih dari 10 tahun.
Selama kurun waktu itu pula, belum ada perbaikan baik oleh pemerintah setempat atau pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Bandung.
"Betul lebih dari 10 tahun, cuman makin ke sini makin parah, air terus mengalir tapi tidak ada perbaikan jadi hanya sebatas tanggul saja," tuturnya.
Ketika jebol, kata Asep, banjir kerap melanda ratusan rumah di beberapa RT seperti, RT 4,5,6,7 dan 8.
"Jadi tanggul itu ada tiga, dengan masing-masing panjang 5 meter. Ketinggiannya beda-beda, kadang sampai 70 cm, kadang sampai lutut pria dewasa, baru surut sekitar kurang lebih 5 jam," jelasnya.
Tak Kunjung Diperbaiki Permanen
Asep menjelaskan, masyarakat sudah bosan dengan kondisi banjir yang menahun tersebut.
Segala cara dan upaya, kata dia, sudah dilakukan termasuk berkomunikasi dengan tingkat Desa.
Namun sayang, jawaban dari pemerintahan setempat, lanjutnya, selalu tidak pasti.
"Masyarakat sudah bosen, cape, sekarang bingung mau diapakan, Saya sebagai ketua RW mikir tindakan apa yang dilakukan supaya tidak banjir lagi," ujar dia.
"Saya ke Desa sudah, katanya lagi diajukan, cuman tidak tahu bagaimana katanya dari pusat nya ga tau belum direalisasikan atau bagaimana," sambungnya.
Dia mengaku, ketika tanggul jebol kerap laporan pada pihak Desa terkait kondisi tanggul dan situasi banjir yang melanda warga.
"Setiap tanggung jebol saya lapor ke Desa, kadang Desa ngasi kayu karung, sebatas itu, sama ngajuin yang berkaitan," tuturnya.
Baca juga: Tebing Keraton di Bandung, Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute
Tak hanya RW 05 saja, Asep menyebut RW 6, 7, dan 8 pun kerap terkena banjir. Namun saat ini kondisi RW yang lain sudah berbeda, lantaran telah dibangun tanggul permanen.