KUNINGAN, KOMPAS.com– Sebanyak 30 persen dari total sekitar 150 peternak ayam petelur di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, bangkrut akibat tidak mampu membeli bahan baku dan harga pakan ayam yang mahal.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kuningan Lya Prilyawati mengatakan, para peternak terpaksa afkir atau menjual ayam mereka dan membiarkan kandang mereka kosong hingga rusak karena tidak mampu lagi beternak.
“Banyak peternak yang menghentikan produksinya atau mengurangi populasi ayamnya. Dari sekitar 150 orang peternak di Kabupaten Kuningan, ada 30 persen peternak yang mengurangi atau bahkan berhenti produksi,” kata Lya saat ditemui Kompas.com, Selasa (7/6/2022).
Baca juga: Peternak Ayam Petelur Kuningan Ungkap Sebab Harga Telur Melonjak Drastis
Lya menyebut, sudah beberapa kali berdiskusi dengan Asosiasi Peternak Ayam Petelur Kabupaten Kuningan.
Mereka disebut sangat mengeluhkan kondisi bahan baku dan pakan yang terus setiap saat mengalami kenaikan.
Harga pakan yang melambung tinggi, kata Lya, membuat para peternak yang masih bertahan harus bersikap.
Salah satunya dengan melakukan penyesuaian Harga Pokok Produksi (HPP), karena kalau tidak, jumlah peternak yang gulung tikar akan semakin bertambah.
“Dengan harga pakan tinggi, sementara harga telur dijual dengan harga yang masih tidak berubah, itu akan berimbas langsung pada peternak,” tambah Lya.
Baca juga: Nasib Suram Peternak: Harga Telur Jeblok, Ongkos Pakan Mahal
Lya menyampaikan, Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan melakukan hal semampunya.
Ini terjadi karena penentuan harga pakan berasal dari pabrik-pabrik yang berada di pusat.
Pemda Kuningan hanya menyampaikan aspirasi suara dari para peternak di daerah untuk dijadikan pertimbangan pemerintah pusat.
Dokter Hewan Medik Veteriner Dinas Perikanan dan Peternakan, Kabupaten Kuningan, Rofiq menerangkan, kenaikan harga pakan terjadi di seluruh item.
Beberapa di antaranya adalah, harga jagung, bekatul, pakan jadi pabrikan, dan utamanya konsentrat.
Konsentrat yang semula Rp 6.300-an naik menjadi sekitar Rp 9.300-an, pakan jadi pabrikan semula Rp 6.000-an naik sampai Rp 7.000-an, harga jagung semula Rp 4.500-an sekarang Rp 6.000-an, harga bekatul semula Rp 3.500-an kini mencapai sekitar Rp 5.000-an.
Baca juga: Malaysia Setop Ekspor Ayam, Singapura Berisiko Jadi New York Tanpa Pizza
Rofiq menyebutkan, harga tersebut hanya perkiraan berdasarkan laporan dari para peternak. Harga tersebut bahkan bisa mengalami perubahan setiap saat.
Rofiq hingga saat ini intens melakukan diskusi bersama para peternak untuk mengambil berbagai sikap dan strategi yang tepat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.