Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Buncis Kenya Asal Bandung, Berjuang Seorang Diri Tembus Pasar Singapura

Kompas.com - 04/07/2022, 05:18 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com- Petani buncis kenya atau kacang perancis (Phaseolus vulgaris) di Desa Panjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan tidak adanya perhatian pemerintah untuk perkembangan pertanian sayuran.

Gugun Gunawan (40) seorang petani mengatakan, hal paling kecil yang tidak diperhatikan Pemerintah yaitu soal stabilitas harga.

Padahal, hasil buminya, sudah menembus pasar luar negeri yakni Singapura.

"Saya minta bisa distabilkan harganya, petani itu sudah panas, hujan, di kala harga murahnya enggak ada tuh tindak lanjut," katanya ditemui Kompas.com, Minggu (3/7/2022).

Baca juga: Cerita Petani di Bandung Sukses Tanam Buncis Kenya hingga Tembus Pasar Singapura

Bentuk perhatian, kata dia, hanya mengarah kepada petani yang memiliki modal tinggi dan sudah berkecukupan dalam hal biaya produksi.

"Saya minta diperhatikanlah petani-petani yang kecil. Jangan sampai, mohon maaf ada balai yang hanya mengurusi petani yang sudah besar dan mandiri," ujarnya.

"Perhatikan, petani-petani yang di bawah yang butuh modal besar dari mulai penanaman sampai nanti panen," terangnya.

Petani Buncis Kenya di Desa Panjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tembus pasar Singapura dengan cara mandiri, mulai dari membentuk pasar, membangun jaringan, hingga proses packing dan pendistribusianKOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Petani Buncis Kenya di Desa Panjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tembus pasar Singapura dengan cara mandiri, mulai dari membentuk pasar, membangun jaringan, hingga proses packing dan pendistribusian

Kendati demikian, menurutnya, petani di tingkat bawah sudah teruji lebih mandiri, mulai dari proses penanaman hingga panen.

Sebagai petani yang bergerak secara mandiri, Gugun malah menganggap program pemerintah menyangkut pertanian hanya penghamburan anggaran dan cenderung seremonial belaka.

"Jadi program pemerintah itu cuma sebatas seremonial saja, program-program saja, yang kemudian tindak lanjutnya enggak ada," ungkapnya

Baca juga: Petani di China Boleh Bayar DP Rumah Pakai Semangka dan Bawang Putih

Ia mengaku, sejak pertama terjun jadi petani buncis kenya, pemerintah hanya mengenalkan soal program penyuluhan saja.

Hal yang lainnya, hanya berbentuk edukasi yang sejatinya petani lapangan lebih tahu cara bercocok tanam.

"Jadi seperti saya, cari pasar sendiri, buka jaringan, cari sana-sini, alhamdulilah akhirnya bisa mandiri," beber dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com