“Kami punya petualangan masing-masing, karir masing-masing, ada yang sibuk dengan keluarga masing-masing. Tapi pulang ke Pas Band itu kaya pulang ke rumah, kami bawa oleh-oleh. Membuat kami tetap antusias kalau kumpul-kumpul,” tutur Yuki.
Bengbeng dan Sandi menambahkan, band ini bisa bertahan karena rasa persaudaraan yang terjalin. Konflik internal pun tidak membuat mereka bermusuhan.
Meskipun dalam berkarya mereka kerap diskusi dan berdebat. Itulah yang membuat Pas Band lama mengeluarkan album.
Ke depan, Pas Band tetap akan berkarya dengan tema yang sebenarnya ilahiah.
“Banyak lagu Pas Band yang temanya ilahiah walau dikemas dengan bahasa di zamannya, seperti pemberontakan, sosial, dan budaya. Nanti saat saya pulang dari Papua Nugini, siapa tahu ada ilham untuk lagu-lagunya,” tutur Yuki ditambahkan Sandi tentang rencana Pas Band umrah bareng tahun depan.
Kiprah Pas Band lebih dari 30 tahun ini membuatnya menjadi terdakwa dalam DCDC Pengadilan Musik. Di sini Pas Band menceritakan perjalanan kisahnya sejak berdiri, manggung di luar negeri, hingga sekarang.
“Pas Band legend banget, banyak memberikan inspirasi musik,” ucap perwakilan DCDC Pengadilan Musik, Adi.
Makanya tak heran jika penonton hari ini banyak sekali, padahal pihaknya hanya membatasi 40 orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.