"Ini sebagai bentuk kreativitas saja," kata dia.
Calon pengantin harus menjalani tahapan tersebut agar tidak manja.
Oleh karenanya, mereka menjalani rangkaian kegiatan dengan diangkut mobil tahanan, diborgol dan memakai rompi tahanan.
"Ada koidah bahwa ketika kejelasan, keterbukaan sesudah kesulitan itu lebih menancap ke dalam hati. Awalnya diborgol lanjut diberi kopiah dan jas. Sara-cara seperti itu lebih menusuk, meyakinkan dalam hati," jelas Kiai Nonop.
Konsep-konsep itu, kata Nonop, semuanya berlandaskan pada kaidah keilmuan yang dipelajari di ponpes.
"Cuma tampilan seperti itu untuk membahagiakan terutama 10 pasangan pengantin. Dan kedua, bentuk teaterikal kolosal yang disaksikan para santri. Hiburan untuk santri," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, 10 pasangan santri melangsungkan pernikahan di masjid Pesantren Miftahul Huda 2 Bayasari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (23/1/2023).
Sebelum melangsungkan pernikahan, merekah mengikuti khitbah atau perjodohan yang dilaksanakan oleh pimpinan ponpes.
Acara khitbah massal ini sempat viral di media sosial. Musababnya, proses perjodohan tampak dilakukan dengan cara diundi atau dikocok.
Pihak pesantren menjelaskan bahwa proses pengundian itu hanya gimmick untuk mencairkan suasana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.