Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Porter di Stasiun Bandung, Berjuang Tetap Senyum meski Beban Kerja Berat

Kompas.com - 15/03/2023, 16:40 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Jika terjadi kesalahan, risiko dimarahi oleh pimpinan pun menjadi pil pahit yang harus ditelan oleh Masri dan kawan-kawan.

Lantaran, ingin terlihat full service dalam melayani penumpang, tak jarang seorang porter dianggap bawel oleh para penumpang.

"Pernah dimarahin, karena salah menempatkan penumpang, terus saat mengangkut barang milik penumpang juga saya pernah dimarahin, suka dukanya itu sih yang paling kerasa mah," tuturnya.

Porter di KAI terbagi menjadi dua tim. Satu tim, kata Masri menggunakan pakaian biru tua, sedangkan tim yang satu lagi mengenakan pakaian merah.

Masri dan timnya sehari mengenakan kemeja berwarna biru tua. Ia memulai aktivitasnya sebagai porter sejak pukul 09.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB.

Baca juga: Daden Nur Zaman si Porter Gunung Gede Pangrango, Pekerja Lepas yang Tak Terikat dan Siap Sedia Kapan Pun Dibutuhkan

Pengalamannya bertahun-tahun menjadi porter membuatnya tahu betul rutinitas di Stasiun Kereta Api Bandung.

Bahkan, terkait nama serta jurusan kereta, jam keberangkatan, hingga lajur yang akan digunakan satu kereta dengan jurusan tertentu sudah di luar kepala.

"Mulai kerja jam 09.00 WIB pagi sampai 21.00 WIB sampai terakhir Mutiara dan Harina yang ke Surabaya terkahir, istirahat pulang ke rumah kadang juga istirahat di Stasiun. Kemudian saya mulai lagi jam 03.00 WIB pagi. Tapi keretanya datang jam 04.00 lebih. Setelah saya selesai saya gantian dengan group 2 yang palai kemeja merah. Jadi ada shift," ucap dia.

Resiko kerja yang dialami porter bukan hanya soal salah mengantarkan penumpang.

Namun, risiko kesehatan pun rentan dialami seorang porter. Bayangkan saja, satu orang porter maksimal membawa barang seberat 20 kilogram.

Dalam perkembangannya, beban tersebut telah diatur oleh pihak KAI. Berbeda dengan masa sebelum KAI mengalami perubahan, seorang porter kadang membawa barang penumpang lebih dari aturan yang sekarang berlaku.

"Jangan melebihi 20 kilogram, karena ada aturannya, tapi kita enggak ngasih tarif ke pelanggan. Soalnya emang enggak boleh, jadi kalau sekarang bebannya 20 kilogram dia ngasih cuma Rp 10.000 ya saya terima, tergantung konsumennya," jelas dia.

Baca juga: Sejarah Stasiun Brumbung, Stasiun Tertua yang Usianya 156 Tahun

Sekalipun mesti mengangkut barang bawaan penumpang seberat 20 kilogram, akan tetapi saat ini para porter telah dibantu dengan fasilitas troli yang disediakan KAI.

Meski begitu, saat ini Masri tak dapat menentukan pendapatannya per-hari. Hanya saja, jika Stasiun sedang ramai, upah sebesar Rp 100.000 hingga Rp 200.000 bisa dikantongi.

"Tergantung dapat rezekinya, sekarang sebetulnya agak susah menentukannya. Ya sedang ramai mah kurang lebih Rp 100.000 sampai Rp 200.000 bersih," tuturnya.

Kendati tak memiliki penghasilan yang tak menentu, pendapatan yang hari ini tetap ia syukuri. Pasalnya, ia membandingkan saat Covid-19 melanda.

Profesi porter pun, kata dia, sangat terimbas atas kejadian tersebut. Ia mengaku sangat terganggu, bahkan, sempat tak memiliki penghasilan selama empat bulan.

"Saya stres, terdampak banget, kadang hanya dapet buat rokok saja. Masa saya harus minta ke orang tua, jadi para porter itu kena imbasnya, tapi ada tunjangan dari Kepala Stasiun, dari Dirut PT KAI dan Menteri Perhubungan (Menhub)," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria di Bogor Diduga Tewas Dianiaya, Mayatnya Dibuang ke Pinggir Jalan

Pria di Bogor Diduga Tewas Dianiaya, Mayatnya Dibuang ke Pinggir Jalan

Bandung
Siswi SMP Diperkosa 2 Pria di Sukabumi, Korban Diajak Main ke Rumah Pelaku

Siswi SMP Diperkosa 2 Pria di Sukabumi, Korban Diajak Main ke Rumah Pelaku

Bandung
Mobil Kecelakaan, Sopir Ngantuk Usai Begadang Nonton Timnas Berlaga

Mobil Kecelakaan, Sopir Ngantuk Usai Begadang Nonton Timnas Berlaga

Bandung
Melihat Monumen Dua Tugu Udang Berbahan Knalpot Brong di Cirebon

Melihat Monumen Dua Tugu Udang Berbahan Knalpot Brong di Cirebon

Bandung
Viral, Video Oknum Prajurit TNI Diduga Aniaya Sopir di Bogor karena Kesal Disalip

Viral, Video Oknum Prajurit TNI Diduga Aniaya Sopir di Bogor karena Kesal Disalip

Bandung
Jalan Braga Bandung Bebas Kendaraan, Kantong Parkir Disiapkan

Jalan Braga Bandung Bebas Kendaraan, Kantong Parkir Disiapkan

Bandung
Cabuli Penyandang Disabilitas, Kakek 72 Tahun di Bandung Ditangkap

Cabuli Penyandang Disabilitas, Kakek 72 Tahun di Bandung Ditangkap

Bandung
Peringati May Day 2024, Ribuan Buruh dari Jabar Bertolak ke Jakarta

Peringati May Day 2024, Ribuan Buruh dari Jabar Bertolak ke Jakarta

Bandung
Bupati Cianjur Minta Sekda Legowo Mundur

Bupati Cianjur Minta Sekda Legowo Mundur

Bandung
22 Tahun Hilang di Suriah dan Dianggap Sudah Meninggal, TKW asal Indramayu Pulang

22 Tahun Hilang di Suriah dan Dianggap Sudah Meninggal, TKW asal Indramayu Pulang

Bandung
Terbakar Cemburu karena Pesan dari Pria Lain, Warga Bandung Bunuh Istri

Terbakar Cemburu karena Pesan dari Pria Lain, Warga Bandung Bunuh Istri

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Bandung
Pj Wali Kota Jadi Orang Pertama di Bandung yang Dapat Paspor Polikarbonat

Pj Wali Kota Jadi Orang Pertama di Bandung yang Dapat Paspor Polikarbonat

Bandung
Usai Membunuh Istri, Suami Serahkan Diri ke Polsek Cileunyi

Usai Membunuh Istri, Suami Serahkan Diri ke Polsek Cileunyi

Bandung
Kronologi 2 Orang Tewas Diduga Keracunan Gas di Gorong-gorong Kota Bandung

Kronologi 2 Orang Tewas Diduga Keracunan Gas di Gorong-gorong Kota Bandung

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com