Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Menantumu Lebih Pilih Avanza Rentalan, Mak, daripada Bareng Aku"

Kompas.com, 19 April 2023, 19:33 WIB
Aam Aminullah,
Rasyid Ridho,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

CILEGON, KOMPAS.com - Selalu ada kisah menarik saat mudik Lebaran.

Salah satunya cerita dari seorang pemudik asal Bogor, Jawa Barat, bernama Deni Saputra (27).

Deni membonceng boneka "teddy bear" untuk menemaninya selama perjalanan menuju kampung halamannya di Pasawaran, Lampung.

Hal itu dilakukan Deni agar tidak kesepian karena pasangannya lebih memilih mudik menggunakan mobil sewaan bersama teman-temannya.

Baca juga: Pak, Bu, Maaf Anakmu Pulang Cuma Bawa Khong Guan, Belum Bisa Bawa Menantu Idaman

"Sengaja bawa boneka biar ada temannya. Kalau yang lain kan bawa boncengannya. Ada yang bawa cowoknya, ceweknya, biar ada yang meluk aja sih," kata Deni saat berbincang dengan wartawan di Pelabuhan Ciwandan, Cilegon, Banten, Rabu (19/4/2023).

Baca juga: Kondisi Arus Mudik di Nagreg Terkini: Lalu Lintas Padat, Simpul Kemacetan di Pasar Limbangan

Deni juga menempelkan selembar kertas dengan tulisan curahan hatinya untuk menyindir pacar yang tak mau mudik bersama.

"MENANTUMU LEBIH MILIH AVANZA RENTALAN MAK, DARIPADA BARENG AKU!!," tulis Deni di kertas yang ditempel di belakang bonekanya.

Padahal, kata Deni, mudik dengan motor Yamaha RX King miliknya memiliki sensasi dan pengalaman berbeda.

"Yang pasti dia belum pernah ngerasain nikmatnya naik RX King," ujar Deni.

Memang tak mudah melintasi jalur Bogor hingga Pelabuhan Ciwandan. Deni terjebak macet hingga menembus hujan bersama bonekanya.

Cerita lainnya datang dari pemudik bernama Dwisantoso (45). Dwisantoso akhirnya bisa mudik ke kampung halaman di Pacitan, Jawa Timur, setelah tiga edisi Lebaran sebelumnya harus menahan kerinduan akan kampung halaman.

Ia bersama istri dan anaknya akhirnya bisa mudik Lebaran pada tahun ini, karena ekonomi keluarganya mulai membaik pasca-pandemi Covid-19.

"Sudah tiga tahun enggak mudik. Walau istri asli orang Sumedang, tapi biasanya tiap Lebaran pasti mudik ke Pacitan. Cuma, pas Covid-19 tiga tahun terakhir, ekonominya enggak baik. Jadi enggak punya bekal buat mudik," ujar Dwisantoso kepada Kompas.com di halaman Mapolres Sumedang, Rabu (19/4/2023).

Dwisantoso menuturkan, dia, istri, dan anaknya saat ini tinggal di Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Selama tidak bisa mudik tiga tahun terakhir, dia mengaku terus kepikiran dengan keluarganya di Pacitan.

"Jadi istilahnya mudik itu kewajiban. Kalau bisa mudik, ya mudik. Kalau enggak mudik, itu rasanya nelangsa, serasa enggak Lebaran. Kalau mudik ke Jawa, suasana Lebarannya itu dapat," tutur Dwisantoso.

Pemudik asal Jawa Tengah dan Jawa Timur menunggu keberangkatan bus untuk mudik Lebaran di Mapolres Sumedang, Rabu (19/4/2023). AAM AMINULLAH/KOMPAS.comKOMPAS.COM/AAM AMINULLAH Pemudik asal Jawa Tengah dan Jawa Timur menunggu keberangkatan bus untuk mudik Lebaran di Mapolres Sumedang, Rabu (19/4/2023). AAM AMINULLAH/KOMPAS.com
Hal yang sama dirasakan Samuri (54), warga asli Solo, Jawa Tengah, yang kini berdomisili di Semedang.

Ia tidak bisa mudik ke Solo selama tiga tahun berturut-turut karena Covid-19.

"Saya sudah menetap di Sumedang sejak tahun 2003. Sekarang tinggal di Desa Jatihurip, Sumedang Utara. Tiga tahun enggak bisa mudik itu benar-benar nelangsa. Tahun ini ada kesempatan, jadi bisa mudik lagi ke Solo. Senang rasanya," ujar Samuri.

Damal (23), pemuda asal Semarang yang bekerja di salah satu perusahaan di Sumedang, juga merasakan hal yang sama.

Damal saat ini tinggal di Lingkungan Nalegong, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.

"Saya belum menikah, keluarga semua di Semarang. Alhamdulillah punya bekal buat mudik, kebetulan juga ada mudik gratis dari Polres Sumedang, jadi bisa menghemat. Enggak harus keluar ongkos," ujar Damal.

Sementara, Kepala Kepolisian Resor Sumedang AKBP Indra Setiawan mengatakan, tahun ini melalui program Korlantas Polri, pihaknya memasilitasi puluhan warga asal Jawa Tengah dan sekitarnya untuk mudik Lebaran gratis.

"Ada 31 jiwa yang ikut program mudik gratis Polres Sumedang tahun ini. Kami berharap, ini dapat meringankan beban masyarakat, khususnya biaya perjalanan mudik. Salam hangat kami untuk semua keluarga dari Sumedang yang mudik ke Jawa pada Lebaran kali ini," kata Indra.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau