"Biasanya sebelum puasa diangkut, tahun kemarin diangkut, biasanya lebaran itu bersih. Hanya tahun ini saja yang belum," ujarnya.
Baca juga: 8 Tahun Beroperasi, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Surabaya Sumbang 122,04 GWh
Tak sedikit para pedagang yang bertanya padanya mengenai kondisi tersebut. Namun Yayat mengaku dirinya hanyalah petugas yang menjalankan perintah dari atasan.
Beberapa pekan yang lalu, ia sempat dipanggil oleh pimpinannya dan membahas soal keluhan pedagang.
Hasil rapat menyebutkan, jika biaya menyelesaikan persoalan sampah yang menggunung tersebut mencapai Rp 50 juta.
"Saya dipanggil kemarin sama pimpinan, sekali ngangkut itu Rp 50 juta, tapi saya cuma bisa mengikuti arahan aja," katanya.
"Sebetulnya, saya capek disalahin terus, padahal saya hanya pekerja, tugas saya hanya membersihkan sampah yang ada di lapak atau kios kemudian dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS)," lanjut dia.
Baca juga: Namanya Pasar Sehat Cileunyi, tapi Joroknya Minta Ampun
Normalnya, sambung Yayat, Opsih atau pengangkutan sampah di Pasar Sehat Cileunyi dilakukan satu minggu sekali.
Tapi, sejak puasa tahun lalu, Opsih dan pengangkutan tidak pernah terealisasi.
"Satu minggu sekali juga kadang-kadang, armada truk itu kadang datang kadang enggak," terangnya.
Pilihan untuk melakukan Opsih atau pengangkutan selama satu minggu sekali, sambung dia, sangat masuk akal.
Pasalnya, sampah di Pasar Sehat Cileunyi, tidak hanya bersumber dari pedagang saja. Akan tetapi, baik pembeli atau warga juga ikut membuang sampah di lokasi itu.
Bahkan, tak sedikit warga yang membuang sampah di Pasar Sehat Cileunyi hingga satu mobil bak terbuka.
Jika ditegur, kata Yayat, warga lebih sering balik memarahi pedagang dan petugas. Tak sedikit pula yang berujung perkelahian.
"Perbandingannya yang buang dua truk dan yang narik cuma satu truk, sedangkan sampah yang datang itu juga dari pembeli juga," tuturnya.
Persoalan lain yang menghambat proses pengangkutan sampah atau Opsih di Pasar Sehat Cileunyi, yakni truk yang kesulitan masuk.