Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tahun Jabar Juara Investasi, tetapi Pengangguran Masih Tinggi

Kompas.com, 5 September 2023, 14:56 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Data tersebut menjadi ukuran mengenai gagal atau berhasilnya suatu kepala daerah dalam memecahkan persoalan kesejahteraan sosial. Selama 5 tahun ini faktanya investasi di Jawa Barat menempati posisi tertinggi namun tidak mengurangi jumlah pengangguran.

"Di sisi lain Jawa Barat adalah wilayah Industri, wilayah yang mendapatkan investasi terbesar, tapi penganggurannya tertinggi yakni nomor dua di Indonesia. Maka tentu perlu diperhatikan dengan masuknya investasi, siapa yang bekerja di Jawa Barat," tutur Roy.

Didominasi oleh PMDN

Secara teori, minimnya penyerapan tenaga kerja disebabkan karena industri hanya menyerap sedikit pekerja. Jika nilai investasinya tinggi, maka penyerapan tenaga kerja juga besar.

Pakar Ekonomi Unpad, Bayu Kharisma mengatakan, penanaman modal di Jawa Barat saat ii masih didominasi oleh PMDN, tercatat Kabupaten Bekasi menempati posisi ketiga secara nasional pada sektor industri tersebut.

"Nomor satu ada Surabaya, kedua Jakarta Selatan, dan Selanjutnya Bekasi, itu yang PMDN. Sementara PMA, Jawa Barat menempati posisi kelima secara nasional dengan urutan pertama yakni Sulawesi Tengah," ungkap Bayu.

Namun, jika jumlah PMDN dan PMA di Jawa Barat disatukan maka angka investasi Jawa Barat terhitung paling tinggi dengan realisasi sebesar Rp174,6 triliun per Agustus tahun 2022 lalu.

Menurutnya, ada daerah dengan industri padat modal yang dominan, ada pula daerah yang banyak menyerap tenaga kerja untuk industri padat karya.

"Seperti Bekasi, Subang, Purwakarta, industrinya padat karya sehingga menyerap tenaga kerja cukup besar. Tapi kalau Kabupaten Karawang sebaliknya, di sana lebih didominasi oleh industri padat modal. Sehingga di Karawang tidak banyak terserap tenaga kerja," kata Bayu.

Oleh karena itu, BPS menunjukkan data pengurangan pengangguran di Jawa Barat bergerak tipis-tipis meski nilai investasi cukup fantastis. Meski ada pengurangan angka pengangguran, pada 2023 ini Jawa Barat menduduki peringkat kedua dengan jumlah pengangguran terbesar di Indonesia.

Alasan Jawa Barat jadi Primadona Investor

Getolnya pembangunan infrastruktur di Jawa Barat cukup menggoda investor untuk emnanamkan modalnya. Akses yang mudah dan cepat menjadi pelicin perputaran ekonomi.

Setidaknya ada 9 Tol baru dibangun di era Ridwan Kamil, beroperasinya Bandara Ketajati, hadirnya Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dan wacana Segitiga Rebana di utara Jawa Barat lebih dari cukup untuk merayu investor.

"Pertama yang dilihat investor adalah infrastrukturnya. Proyek-proyek infrastruktur ini sebetulnya adalah akses untuk memudahkan menjalankan kegiatan industri," papar Bayu.

Baca juga: Arsjad Rasjid: ASEAN Harus Sadari Potensi dan Kekuatan sebagai Surga Investasi Global

Selain infrastruktur yang memadai, sumber daya manusia (SDM) yang produktif juga menjadi poin bagi investor untuk menanamkan modalnya di Jawa Barat.

"Di kita ini SDMnya sangat produktif. Semakin produktif maka upahnya akan semakin mahal. Hemat saya, investor tidak begitu memandang upah kerja minimum sebagai perhitungan penanaman modal, tapi menghitung dari seberapa produktif SDMnya," jelas Bayu.

Poin selanjutnya yang cukup merayu investor mau menanamkan modal di Jawa Barat yakni dengan mudahnya pelayanan perizinan. Kemudahan perizinan ini terkadang tidak mereka dapatkan di daerah lain.

"Alasan ketiga, kemudahan dalam mengurusi perizinan. Ini yang menurut saya jadi daya tarik investor juga. Pemerintahnya mendukung, disambut dengan infrastruktur yang memudahkan akses dan SDM yang produktif," tandasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau