Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plastik Guardian, Komunitas Pemuda "Pembersih" Citarum Tanpa Eksklusivitas

Kompas.com, 10 Juni 2024, 13:34 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - "Diam menakutkan, bergerak mematikan.." sepenggal kalimat yang kerap digunakan untuk menyulut semangat prajurit itu kiranya pantas dilayangkan pada komunitas Plastik Guardian.

Ya, sebuah komunitas yang terdengar asing -wajar saja dalam kegiatan membersihkan sampah dan menjaga lingkungan di Sungai Citarum, kerja komunitas ini jauh dari publikasi dan komentar atau pujian netizen di media sosial.

Berawal dari pertemanan di bangku sekolah di SMA 20 Kota Bandung, ketujuh member Plastik Guardian itu memiliki kesadaran yang sama ihwal pelestarian Sungai Citarum.

Sadar akan kondisi Citarum, mereka lantas mencoba mencari tahu soal kegiatan-kegiatan positif yang bisa dilakukan dalam upaya pelestarian sungai.

"Ya dari kami SMA dulu, sampai sekarang kuliah kami masih suka berkegiatan di sini (Sungai Citarum), kegiatan dimulai 2023 lalu."

Begitu kata Rafli Tristansa (20), salah satu member Plastik Guardian ditemui di Sungai Citarum sektor 6, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (10/6/2024).

Baca juga: Reduksi Banjir Hilir Sungai Citarum, Dua Bendungan Dibangun di Bogor

Meski kini, mereka sudah berkuliah di beberapa kampus yang berbeda, namun kegiatan Plastik Guardian masih terus berjalan.

Rafli mengaku, tak ingin apa yang dilakukan ia dan teman-temannya cuma untuk mencari pujian semata.

Keyakinan, bahwa apa yang mereka lakukan akan berdampak pada banyak orang, kata dia, mesti terus dipertahankan.

Hingga kini, para pemuda itu tak segan untuk menysuri wilayah atau titik Sungai Citarum yang tehalang sampah.

Meski harus kotor lantaran bermandi lumpur, bagi mereka itu merupakan konsekuensi logis dari apa yang mereka tempuh.

Komunitas Plastik Guardian saat mengecek proses pengelolaan sampah di Sungai Citarum sektor 6- Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (10/6/2024)KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Komunitas Plastik Guardian saat mengecek proses pengelolaan sampah di Sungai Citarum sektor 6- Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (10/6/2024)

Memang, kata Rafli, aksinya tersebut tak banyak diketahui orang, tapi dukungan orang-orang terdekat, seperti keluarga dan teman-teman menjadi kekuatan dan penyemangat untuk terus melakukan kegiatan itu.

"Sekarang jelas masih, bahkan kami libur kuliah ya tetap terjun ke Sungai Citarum atau ke anak sungainya," ujar dia.

Tak hanya memunguti dan mengumpulkan sampah yang ada di Sungai Citarum terutama di sektor 6. Uniknya, komunitas Plastik Guardian membawa sampah yang dipungutinya untuk diolah.

Produk olahannya ada yang dijadikan pakan magot atau pupuk bagi sampah organik, ada juga yang di dijadikan paving blok, meja, hingga rak bunga.

Halaman:


Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau