Dia mengibaratkan, tampilan kereta api yang melayani jalur Banjar-Cijulang mirip dengan kereta-kereta wisata saat ini di Ambarawa, Jawa Tengah.
"Gerbong kayu, lokomotifnya diesel," ucapnya.
Selain mengangkut penumpang, kereta juga mengangkut hasil bumi dari Pangandaran untuk dijual ke daerah lain.
Hasil bumi salah satunya kelapa.
"Harga tiketnya saya lupa, yang ingat ada semacam kartu kemudian diceplok (distempel) kondektur," kenang dia.
Pemandangan Indah
Ihwal pemandangan di jalur Banjar-Cijulang, kata Kusnadi, jangan ditanya.
Pemandangannya sangat indah, memanjakan mata para penumpangnya.
"Melintasi bukit dengan pemandangan indah, melintasi Jembatan Cikacepit dan terowongan," katanya.
Saat mendengar reaktivasi Jalur Banjar-Cijulang, Kusnadi menyambutnya secara antusias karena akses menuju Pangandaran semakin mudah dan cepat.
Dengan mudahnya akses, Pangandaran akan ramai didatangi wisatawan.
"Pasti lebih ramai," kata dia.
Baca juga: Reaktivasi Jalur KA di Jabar, Dedi Mulyadi Sebut Bandung-Pangandaran Jadi Prioritas
Hal senada dikatakan Kusmiati, warga Kecamatan Pangandaran.
Dia masih ingat saat berusia lima tahun, sekitar tahun 1983, diajak orangtuanya menuju Ciamis.
"Dulu kereta menjadi alat transportasi utama," katanya.
Adanya reaktivasi, Kusmiati berharap akses menuju daerah lain menjadi semakin mudah dan cepat.
Selain itu, tentu dengan biaya yang relatif lebih murah.
"Kalau warga mah, nyambut baik jika jalur kereta kembali aktif," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang