Editor
"Kalau khawatir, ya saya siap bikin surat pernyataan kalau ada kejadian, bukan tanggung jawab BBWS," tuturnya.
Bagi warga sekitar dan pekerja pabrik, jembatan itu adalah jalan pintas vital.
Setiap hari, ribuan kendaraan roda dua—mayoritas milik buruh pabrik dari kawasan industri Klari dan Ciampel—melintasi jembatan ponton di atas Sungai Citarum ini.
Salah satu pengendara, Nugraha, mengaku jembatan ini sangat membantunya dalam aktivitas harian.
"Membantu, tidak apa-apa bayar Rp 2.000," ujarnya pada Selasa (29/4/2025).
Menurut Nugraha, jika jembatan ditutup, ia harus memutar jauh sehingga menghabiskan waktu lebih lama di jalan.
"Bisa jadi jalan pintas, kalau memutar lumayan lama," katanya.
Baca juga: Kata Pengendara soal Jembatan Perahu Haji Endang di Karawang: Jangan Ditutup...
Senada, Muhammad, seorang pekerja di kawasan industri Surya Cipta, mengaku jembatan itu krusial untuk mengejar waktu kerja.
"Kalau telat, takut kena sanksi," ujarnya.
Ia pun berharap konflik antara pengelola jembatan dan BBWS dapat diselesaikan secara bijak dan tidak berujung pada penutupan fasilitas.
"Kalau bisa jangan ditutup, diselesaikan antara kedua pihak bagaimana baiknya," kata Muhammad.
(Penulis Kontributor Karawang Kompas.com: Farida)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang