Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Kritik soal Gerakan Rp 1.000 Sehari, Dedi Mulyadi Tegaskan Ada Pemahaman yang Salah

Kompas.com, 7 Oktober 2025, 17:22 WIB
Handhika Rahman,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menanggapi kritik warganet terkait program Rereongan Sapoe Sarebu (Poe Ibu), yakni gerakan menyisihkan Rp 1.000 per hari sebagai bentuk solidaritas sosial.

Program yang ia gagas itu sempat menuai reaksi beragam di media sosial, bahkan muncul sejumlah video warga yang menyampaikan kritik terhadap idenya tersebut.

Saat menghadiri rapat paripurna Hari Jadi Ke-498 Indramayu di Gedung DPRD Indramayu, Selasa (7/10/2025), Dedi bahkan sengaja menampilkan salah satu video emak-emak yang menyoroti programnya itu.

Menanggapi hal tersebut, Dedi menegaskan bahwa Poe Ibu bukan program wajib, melainkan sekadar imbauan untuk menumbuhkan kepedulian sosial di masyarakat.

Baca juga: Luruskan Gerakan Seribu Sehari, Dedi Mulyadi: Kas Sosial, Tidak Pun, Tak Apa-apa...

"Jadi gini loh, kalian menolak itu kalau kewajiban, jadi menolak, nah ini enggak ada kewajiban, tapi ini ajakan bagi RT, RW, desa dan kelurahan, Pak Bupati dan Wali Kota untuk bersama-sama dengan warga menyelesaikan problem sosial," kata Dedi di Gedung DPRD Indramayu.

Dedi menjelaskan, konsep program Rereongan Sapoe Sarebu sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat Jawa Barat.

Menurut dia, sejak dulu sudah ada tradisi seperti beras perelek dan jimpitan, yang intinya adalah saling membantu antarwarga.

"Jadi, di Jawa Barat ini bukan hal baru, itu sudah berlangsung di seluruh desa dan itu berjalan," kata dia.

Dalam hal ini, Dedi menyayangkan masih banyak warganet yang keliru memahami tujuan program tersebut. Mereka beranggapan uang itu dikumpulkan oleh Gubernur.

Dedi pun menegaskan bahwa pemahaman tersebut salah karena tidak seperti itu.

Baca juga: Dedi Mulyadi Imbau Donasi Rp 1.000 Per Hari, Orangtua di Indramayu: Dikali Berhari-hari Lumayan, Kan Ada Pajak

Untuk menghindari kesalahpahaman dan potensi penyalahgunaan, dengan meluncurkan program Rereongan Sapoe Sarebu, Dedi berencana menyiapkan regulasi agar pengelolaan dana donasi dilakukan secara transparan dan akuntabel.

Ia mencontohkan, seperti halnya uang kas kelas di sekolah yang dikumpulkan bersama, perlu ada keterbukaan mengenai penggunaannya.

"Makanya nanti akan saya atur agar pungutannya dipublikasikan dengan baik," ujarnya.

Lebih lanjut, Dedi menegaskan bahwa semangat program ini adalah menyelesaikan masalah sosial dari bawah, bukan menunggu hingga kasusnya viral di media sosial.

Dedi pun ingin pada 2026 nanti, tidak ada lagi berita viral yang menyebutkan warga tidak mampu membeli seragam sekolah maupun rumah roboh yang tidak tertangani.

Menurutnya, kondisi masyarakat terperhatikan karena viral ini hanya akan membuat jelek suatu daerah.

"Saya tidak ingin ada lagi viral rumah roboh. Kenapa? Karena sudah diselesaikan di tingkat desa atau kelurahan maupun kabupaten/kota," ucap dia.

Lebih lanjut, Dedi juga menyoroti kejadian viral sebelumnya soal ada warga Kuningan, ia mengadu harus bayar operasi ke rumah sakit Rp 110 juta.

"Itu datang ke tempat saya. Nah nanti yang seperti ini tidak perlu datang lagi ke tempat saya, cukup di desanya saja. Misal desanya mampu berapa, nanti lapor ke pengaduan di kabupatennya, kabupatennya enggak usah lama tinggal WA saja, kabupatennya enggak mampu, nanti lapor ke gubernur dan ini akan terselesaikan," kata Dedi Mulyadi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau