Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lulusan Keperawatan Berpotensi Besar Kerja di Jerman, Catat Syaratnya

Kompas.com, 11 Desember 2025, 06:17 WIB
Agie Permadi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Jerman saat ini menghadapi tantangan demografi yang signifikan. Hal tersebut membuka peluang besar bagi tenaga kerja asal Indonesia, terutama dalam sektor kesehatan dan keperawatan.

Hal ini diungkapkan Ketua Bidang Pendidikan Alumni Jerman Indonesia (Aljerin), Samuel Siahaan, yang menyatakan bahwa Jerman membutuhkan setidaknya 400.000 tenaga kerja baru setiap tahunnya untuk menjaga stabilitas ekonomi dan demografi negara tersebut.

"Mereka karena angka kelahirannya begitu rendah sudah dua generasi, mereka butuh 400.000 orang pertahun," ucap Samuel saat acara ujian sertifikasi bahasa Jerman resmi ÖSD di salah satu hotel di Kota Bandung, Rabu (10/12/2025).

Samuel menekankan, sektor kesehatan, khususnya perawat, merupakan salah satu bidang yang sangat dibutuhkan di Jerman.

Baca juga: Buka Praktik Pemutihan Kulit Ilegal, Alumnus Sekolah Keperawatan Ditangkap

Orang Indonesia Ramah

Ia menjelaskan, tenaga perawat asal Indonesia memiliki nilai tawar yang tinggi di negara tersebut.

Karakter dasar orang Indonesia yang ramah menjadi salah satu kunci utama.

"Tenaga kerja Indonesia itu tidak begitu mudah pindah kerja, loyalitasnya tinggi. Kedua, kita dikenal melayani dan ramah sama orangtua. Itu mereka tekankan sekali, dan itu tidak dimiliki semua bangsa," jelasnya.

Fitri Afifah Azhari, Marketing Director Deutschlandtara menyatakan, pihaknya bekerja sama dengan DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Barat untuk menjembatani kesenjangan ini.

Namun, proses seleksi dilakukan dengan ketat.

"Ada tes tahap awalnya ada interview, ada healthcare dalam bahasa Inggris, ada psikotes. Kalau teman-teman perawat itu lulus tahap awal, baru bisa ikut kelas bahasanya di kami. Jadi ada seleksi di awal," paparnya.

Baca juga: Gaji Fantastis, Menteri Mukhtarudin Sebut Perawat Indonesia Diminati Rumah Sakit Eropa

Fitri menegaskan, kunci utama untuk bisa bekerja sebagai perawat di Jerman adalah penguasaan bahasa.

"Intinya bahasa. Jadi bahasa Jerman itu ada 4 level yang memang harus kita persiapkan dari awal. Mulai dari A1, A2, B1, dan B2. Setelah lulus, seperti ujian hari ini kami adakan, itu baru bisa berangkat ke Jerman," ujarnya.

Untuk mendukung persiapan tersebut, Deutschlandtara menyediakan pelatihan bahasa Jerman dari nol hingga B2.

Khusus untuk program perawat, seluruh biaya penempatan, mulai dari tiket pesawat, visa, hingga dokumen ditanggung alias gratis.

"Sebenarnya gratis. Cuma memang kita pakai komitmen fee sebagai tanda keseriusan agar tidak berhenti di tengah jalan. Uang itu akan kami kembalikan untuk ketika dia siap berangkat selesai ujian B1," jelas Fitri.

Antusiasme warga Jawa Barat terhadap program ini cukup tinggi. Dalam ujian sertifikasi bahasa yang digelar di Bandung, tercatat 230 peserta ikut ambil bagian.

Ujian tersebut diawasi langsung oleh penguji dari Jerman dengan standar ketat, termasuk presisi waktu yang tidak menoleransi keterlambatan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau