BANDUNG, KOMPAS.com - Jerman saat ini menghadapi tantangan demografi yang signifikan. Hal tersebut membuka peluang besar bagi tenaga kerja asal Indonesia, terutama dalam sektor kesehatan dan keperawatan.
Hal ini diungkapkan Ketua Bidang Pendidikan Alumni Jerman Indonesia (Aljerin), Samuel Siahaan, yang menyatakan bahwa Jerman membutuhkan setidaknya 400.000 tenaga kerja baru setiap tahunnya untuk menjaga stabilitas ekonomi dan demografi negara tersebut.
"Mereka karena angka kelahirannya begitu rendah sudah dua generasi, mereka butuh 400.000 orang pertahun," ucap Samuel saat acara ujian sertifikasi bahasa Jerman resmi ÖSD di salah satu hotel di Kota Bandung, Rabu (10/12/2025).
Samuel menekankan, sektor kesehatan, khususnya perawat, merupakan salah satu bidang yang sangat dibutuhkan di Jerman.
Baca juga: Buka Praktik Pemutihan Kulit Ilegal, Alumnus Sekolah Keperawatan Ditangkap
Ia menjelaskan, tenaga perawat asal Indonesia memiliki nilai tawar yang tinggi di negara tersebut.
Karakter dasar orang Indonesia yang ramah menjadi salah satu kunci utama.
"Tenaga kerja Indonesia itu tidak begitu mudah pindah kerja, loyalitasnya tinggi. Kedua, kita dikenal melayani dan ramah sama orangtua. Itu mereka tekankan sekali, dan itu tidak dimiliki semua bangsa," jelasnya.
Fitri Afifah Azhari, Marketing Director Deutschlandtara menyatakan, pihaknya bekerja sama dengan DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Barat untuk menjembatani kesenjangan ini.
Namun, proses seleksi dilakukan dengan ketat.
"Ada tes tahap awalnya ada interview, ada healthcare dalam bahasa Inggris, ada psikotes. Kalau teman-teman perawat itu lulus tahap awal, baru bisa ikut kelas bahasanya di kami. Jadi ada seleksi di awal," paparnya.
Baca juga: Gaji Fantastis, Menteri Mukhtarudin Sebut Perawat Indonesia Diminati Rumah Sakit Eropa
Fitri menegaskan, kunci utama untuk bisa bekerja sebagai perawat di Jerman adalah penguasaan bahasa.
"Intinya bahasa. Jadi bahasa Jerman itu ada 4 level yang memang harus kita persiapkan dari awal. Mulai dari A1, A2, B1, dan B2. Setelah lulus, seperti ujian hari ini kami adakan, itu baru bisa berangkat ke Jerman," ujarnya.
Untuk mendukung persiapan tersebut, Deutschlandtara menyediakan pelatihan bahasa Jerman dari nol hingga B2.
Khusus untuk program perawat, seluruh biaya penempatan, mulai dari tiket pesawat, visa, hingga dokumen ditanggung alias gratis.
"Sebenarnya gratis. Cuma memang kita pakai komitmen fee sebagai tanda keseriusan agar tidak berhenti di tengah jalan. Uang itu akan kami kembalikan untuk ketika dia siap berangkat selesai ujian B1," jelas Fitri.
Antusiasme warga Jawa Barat terhadap program ini cukup tinggi. Dalam ujian sertifikasi bahasa yang digelar di Bandung, tercatat 230 peserta ikut ambil bagian.
Ujian tersebut diawasi langsung oleh penguji dari Jerman dengan standar ketat, termasuk presisi waktu yang tidak menoleransi keterlambatan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang