Editor
Untuk membuat jembatan ini, Haji Endang menggunakan 11 perahu ponton yang dirangkai di atas Sungai Citarum. Tiap perahu berjarak sekitar 1,5 meter.
Di atas perahu diberi alas besi, sehingga pengendara sepeda motor bisa menyeberang seperti melewati jalan biasa.
Setiap perahu diberi tali pengaman yang digantung. Di sana juga tersedia ban pelampung di tiap sisi sebagai antisipasi.
Untuk berjaga-jaga seandainya air sungai naik, jembatan ditambah satu rangkaian yang terdiri dari dua perahu.
Baca juga: [FOTO] Jembatan Perahu Ponton di Karawang yang Beromzet Rp 20 Juta Sehari
Jembatan perahu ponton milik Muhammad Endang Junaedi atau dikenal Haji Endang menghubungkan Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari dengan Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang.Jembatan perahu tersebut menjadi akses mobilitas warga, khususnya para pekerja.
Untuk melintasi jembatan perahu itu, warga dikenai tarif Rp 2.000.
Namun, tutur Haji Endang, tarif itu bukanlah suatu yang kaku. Soalnya, kadang ada warga yang membayar Rp 1.000 atau bahkan tak membayar karena tidak membawa uang, apalagi yang melintas adalah warga sekitar jembatan.
"Pendapatannya tak kurang Rp 20 juta per hari," ucapnya.
Menurut Endang, pemasukan tersebut dipakai untuk biaya operasional sebesar kurang lebih Rp 8 juta, berupa perawatan, penerangan, hingga upah pekerja.
"Perawatan itu termasuk juga perawatan jalan akses ke sini," ungkapnya.
Haji Endang menyampaikan, dirinya awalnya berniat menolong warga dan tak punya keinginan berbisnis.
"Awalnya tidak ada kepikiran untuk berbisnis, niatnya menolong masyarakat. Namun membutuhkan perawatan, baik perahu, jalan, penerangan, hingga upah yang kerja," terangnya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Karawang, Farida Farhan | Editor: Glorira Setyvani Putri, Pythag Kurniati)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang