Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Cianjur, Ayah Kehilangan Putri dan Perkampungan yang Mati

Kompas.com, 24 November 2022, 08:21 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com- Setelah gempa magnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kondisi perkampungan terutama yang berada di pusat gempa tampak sepi seperti tak berpenghuni.

Rumah-rumah penduduk yang rusak masih dibiarkan dengan kondisi porak poranda dan ditinggalkan penghuninya.

Kerusakan akibat gempa yang berpusat di wilayah Kecamatan Cugenang di kedalaman 10 kilometer itu sangat dahsyat.

Baca juga: Jawa Barat Siapkan Rp 20 Miliar untuk Tanggap Darurat Gempa Cianjur

Tidak hanya merusak rumah-rumah warga, guncangannya juga meluluhlantakan bangunan sekolah, tempat ibadah, toko, gedung-gedung perkantoran dan lainnya.

Gempa mengakibatkan longsor di beberapa titik yang menutup badan jalan sehingga akses transportasi terputus.

Sejumlah warga sedang berupaya mencari barang di balik reruntuhan bangunan di lokasi gempa di Desa Cibulakan, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022).KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Sejumlah warga sedang berupaya mencari barang di balik reruntuhan bangunan di lokasi gempa di Desa Cibulakan, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022).

Dampak gempa juga telah merusak jaringan pipa air bersih milik PDAM, dan pasokan listrik terputus di beberapa tempat.

Warga terdampak yang selamat masih bertahan di lokasi-lokasi bencana di bawah naungan terpal sebagai tempat tinggal mereka sekarang.

Kondisi ini seperti terlihat di sejumlah permukiman penduduk di wilayah Desa Nagrak, Cirumput, Cibulakan, dan Sarampad.

Baca juga: Ridwan Kamil Pastikan Pemerintah Tanggung Biaya Medis Korban Gempa Cianjur

Warga mengungsi di tenda-tenda darurat di dekat rumah mereka yang rusak sambil berharap mendapatkan bantuan.

“Stok makanan sudah habis, air bersih juga tidak ada, terpaksa menggunakan air yang ada meski kotor dan keruh,” kata Ari (35), seorang warga saat dijumpai Kompas.com di lokasi bencana di Kampung Rawacina, Rabu (23/11/2022).

Kondisi kerusakan yang menmpa sejumlah bangunan rumah warga di wilayah Desa Nagrak, Cianjur, Jawa Barat, akibat gempa M 5,6.KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Kondisi kerusakan yang menmpa sejumlah bangunan rumah warga di wilayah Desa Nagrak, Cianjur, Jawa Barat, akibat gempa M 5,6.
Selepas bencana, Ari memilih bertahan bersama keluarga dan warga lain di tenda darurat yang didirikan di depan rumahnya.

Tidak jauh dari lokasi tenda darurat itu, seorang perempuan paruh baya sedang mengais barang di antara reruntuhan bangunan.

“Lagi cari uang, ada Rp 7 juta di rumah. Tapi belum ketemu, susah ambilnya,” ucap dia dengan mata berkaca.

Baca juga: 3 Warga Pengadang Mobil Relawan Pembawa Bantuan Korban Gempa Cianjur Minta Maaf

Di perkampungan itu terlihat tenda-tenda darurat terpasang di halaman rumah, termasuk di areal pekuburan.

Di sana, ratusan warga dari dari dua kedusunan mengungsi dan masih bertahan.

Dede (45), ketua RT setempat menceritakan, terpaksa tinggal di lahan kuburan karena tidak ada lagi lokasi yang bisa dijadikan tempat mengungsi.

Akibat gempa kemarin, Dedeh menyebutkan ada 15 warga meninggal, dan telah dimakamkan.

“Listrik mati, air susah. Warga terutama anak-anak juga sudah mulai mengeluhkan sakit,” ucap Dede.

Baca juga: Ridwan Kamil Dapat Tawaran Ilmu Hadapi Gempa dari Jepang

Dede bersama warganya berharap mendapatkan bantuan logistik seperti sembako, selimut, kaus kaki, popok, dan tikar.

“Sudah dua malam gelap gulita karena listrik mati. Penerangan paling dari handphone, itu pun harus nge-cas dulu ke kampung lain,” imbuhnya.

Kehilangan anggota keluarga

Kondisi tidak jauh berbeda juga terlihat di perkampungan Cibulakan, sejumlah warga berupaya mencari barang-barang di antara puing-puing bangunan.

Selain kehilangan tempat tinggal dan harga benda, warga juga banyak yang kehilangan anggota keluarga, seperti yang dialami seorang ibu paruh baya bernama Tanti (55).

Ia kehilangan enam anggota keluarga dan kerabatnya yang meninggal tertimpa reruntuhan bangunan.

"Harta benda habis semua, yang terisa cuma baju di badan. Ini mau cari barang-barang di rumah mungkin ada yang masih bisa dimanfaatkan," ucap Tanti kepada Kompas.com, Rabu.

Baca juga: Isak Tangis Iringi Pemakaman Warga Sumedang Korban Gempa Cianjur yang Ditemukan Meninggal Tertimbun Reruntuhan

Kenyataan pahit juga dirasakan Arif Kris (28), warga Cibulakan ini harus kehilangan istri dan putrinya yang baru berusia dua tahun.

Orang-orang terkasihnya ditemukan berpelukan di bawah reruntuhan rumah dengan kondisi mengenaskan.

Saat gempa mengguncang kampungnya, Arif sedang bekerja di Sukabumi sebagai pengendara ojek online.

Arif tak punya firasat buruk sebelumnya. Namun mengaku melihat gelagat tak biasa yang ditunjukkan putri semata wayangnya itu.

“Seminggu ini tak mau lepas dari saya. Desember nanti rencana mau syukuran ulang tahunnya. Baju dan hadiahnya juga sudah saya siapkan,” ucapnya lirih.

Baca juga: Wapres soal Bantuan Perbaikan Rumah Korban Gempa Cianjur: Rusak Berat Rp 50 Juta, Rusak Ringan Rp 25 Juta

Tidak hanya kehilangan anak dan istri, gempa juga telah merenggut nyawa empat orang kerabatnya.

“Sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang, semuanya hancur. Saya dan orangtua sekarang mengungsi di sana,” ujar Arif.

Ratusan meninggal, ribuan rumah hancur

Hingga hari ketiga setelah gempa, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal mencapai 271 orang.

Kepala BNPB Suharyanto menyebutkan, korban didominasi anak-anak yang sedang belajar di sekolah dan madrasah.

“Untuk korban luka-luka saat ini terdata 2.043 orang. Tengah mendapat penanganan medis di sejumlah rumah sakit, termasuk yang dirujuk ke Bandung,” kata Suharyanto kepada wartawan di Pendopo Cianjur, Rabu (23/11/2022) petang.

Baca juga: Polisi Amankan Pelaku yang Cegat Mobil Bantuan dan Ambulans untuk Korban Gempa Cianjur

Sementara warga yang masih dilaporkan hilang, sebut Suharyanto, ada 40 orang yang tersebar di dua tempat.

“Sebanyak 39 orang dilaporkan hilang di daerah Cugenang, dan seorang lagi di Warungkondang. Pencarian terus dilakukan dengan melibatkan 6.000 personel gabungan,” ujar dia.

Terkait kerusakan materil, pihaknya mencatat 22.241 rumah rusak berat, rumah rusak sedang sebanyak 11.641 unit, dan rusak ringan sebanyak 22.090 unit.

Baca juga: Waspada Hoaks Gempa Cianjur dan Sesar Cimandiri, Ini Penjelasan BMKG

Disebutkan, kerusakan materil tersebut tersebar di 15 wilayah kecamatan, yakni Cianjur, Karangtengah, Warungkondang, Cugenang, Cilaku, Cibeber, Sukaresmi, Bojongpicung, Cikalongkulon, Sukaluyu, Pacet, Cipanas, Haurwangi, dan Gekbrong, Ciranjang.

“Sementara untuk jumlah warga yang mengungsi hingga hari ketiga ini tercatat ada 61.908 orang,” ujar Suharyanto.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Kisah Heru, Berjalan Kaki Selama 8 Hari untuk Bertahan Hidup dari Wilayah Terisolir di Aceh
Bandung
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Gudang Obat dan Kosmetik dari China di Gunung Putri Bogor Terbakar, Terjadi Ledakan Beruntun
Bandung
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Sekda Jabar Mengaku Masih Sakit Hati dengan Ulah Resbob yang Hina Orang Sunda
Bandung
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Mobil Berisi 1 Keluarga Terjun ke Jurang Sedalam 20 Meter di Puncak Bogor, 4 Orang Luka-luka
Bandung
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Disorot Pakar Hukum, Dedi Mulyadi Tegaskan Surat Edaran untuk Mitigasi Bencana, Lindungi Warga
Bandung
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Banjir Meluas ke 20 Desa di Cirebon, BPBD Siaga Evakuasi Warga
Bandung
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Dedi Mulyadi Siapkan Rp 1 Miliar untuk Pulangkan 300 Warga Jabar dari Aceh
Bandung
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Catat Tanggalnya, Prediksi Lonjakan Arus Kendaraan Saat Natal dan Tahun Baru di Puncak Bogor
Bandung
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Pagi Buta, Ular Kobra Tiba-tiba Muncul Menyelinap di Ruang Tamu Warga Indramayu
Bandung
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Kecelakaan di Tol Jagorawi, Mobil Boks Tabrak Kendaraan Lain hingga Hangus Terbakar
Bandung
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Banjir Rendam Lima Kecamatan di Kabupaten Cirebon, Warga: Ini Tak Biasa...
Bandung
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Sopir Ngantuk, Mobil Boks Tabrak Truk di Tol Jagorawi Hingga Terbakar
Bandung
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau