Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vendor Ini Bangkrut karena Pemkot Sukabumi Tak Bayar Utang Rp 1 Miliar, Direktur Perusahaan sampai "Mengemis"

Kompas.com - 28/03/2023, 12:21 WIB
Budiyanto ,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

"Untuk melunasi utang Rp 1,36 miliar ini berarti butuh waktu sekitar tiga tahun," ujar dia.

Lagi-lagi, Pemkot Sukabumi tidak memenuhi komitmennya. Dalam periode setahun terakhir (Februari 2022-Februari 2023), beberapa kali pembayaran ternyata di bawah Rp 40 juta per bulan.

Itupun hanya dibayar 10 kali dengan total Rp 283 juta. Padahal seharusnya pembayaran minimal Rp 480 juta untuk 12 kali cicilan.

Dengan pembayaran tersebut, maka sisa utang Pemkot Sukabumi sekitar Rp 1,08 miliar.

"Bayangkan, kami sudah menunggu lima tahun, bersedia dengan cara pelunasan yang butuh waktu 34 bulan, tapi pihak Pemkot Sukabumi masih tidak memenuhi komitmennya. Padahal ISH sudah menjalankan semua kewajibannya," kata Hasiando.

Dampak yang ditimbulkan

Hasiando menjelaskan, sikap Pemkot Sukabumi yang menunggak utang miliaran rupiah bertahun-tahun tersebut berdampak buruk bagi perusahaan dan kehidupan kliennya.

"Perusahaannya sudah bangkrut karena tidak sanggup membiayai operasional akibat piutang macet ini," kata Hasiando.

Hasiando menambahkan, kliennya tidak dapat melunasi utang kepada pihak bank hingga masuk daftar hitam.

Bunga utang juga membengkak karena pembayaran pokok pinjaman macet bertahun-tahun.

Sejumlah aset terpaksa dijual untuk membayar utang.

Ia mengatakan, saat terpuruk, kliennya sampai tidak bisa membayar sewa kontrakan tempat tinggal hingga akhirnya dipaksa keluar oleh pemilik rumah.

Kliennya juga terjerat pinjaman online untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sementara rumah orangtuanya yang digadaikan terancam dilelang karena gagal bayar ke bank.

Dampak buruk tidak berhenti sampai di situ. Kliennya juga dilaporkan ke polisi oleh salah satu kreditur dengan sangkaan penipuan terkait pembiayaan Event Organizer (EO).

"Pak Chandra menghadapi tekanan mental dan psikis yang luar biasa dari kreditur karena hutang. Dampaknya ia kehilangan kepercayaan dari rekanan sehingga sulit mendapat pekerjaan. Sampai sekarang secara ekonomi dibantu oleh keluarganya," papar Hasiando.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com