Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kemala, Bayi Stunting yang Alami Gangguan Pendengaran karena Kurang Gizi

Kompas.com - 06/04/2023, 15:09 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Jelang matahari berada di puncaknya, Elis (28) terlihat terburu-buru untuk kembali ke kediamannya usai mengikuti jadwal imunisasi bagi buah hatinya di salah satu puskesmas dalam Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat.

Sambil tergesa-gesa, putri satu-satunya Kemala (14 bulan) yang berada di pangkuannya hanya bisa menangis, lantaran sang Ibu mesti kembali pada rutinitas sehari-harinya bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART).

Elis mesti menitipkan, putrinya kepada sang Ibu, Yayah (49). Meski begitu, Kemala berhasil mendapatkan imunisasi keduanya.

Seharusnya, kata Elis, jadwal imunisasi hari ini merupakan imunisasi ketiga.

Saat imunisasi kedua beberapa waktu lalu, dokter di Puskesmas tak mengizinkan Kemala untuk diimunisasi.

Pasalnya, bayi itu sempat menderita kulit megar (kering dan mengelupas) serta bercak merah.

"Harusnya ketiga, tapi waktu itu enggak boleh karena sempet bintik-bintik merah cukup banyak sama kulitnya megar, seharinya sebelumnya panas tinggi, tapi pas diimunisasi enggak panas, tapi tetep dokternya enggak ngasih," katanya ditemui di kediamannya, Kamis (6/4/2023).

Baca juga: Curhat Ibu yang Anaknya Didiagnosis Stunting, Padahal Ekonominya Mampu

Meski terlihat buru-buru, Elis masih memberikan kesempatan berbagi kisahnya. Kepada Kompas.com, ia menceritakan perjuangannya membesarkan Kemala seorang diri.

Kemala lahir, di Rumah Sakit Rajawali, Kota Bandung, pada Mei 2022. Elis melahirkan buah hatinya tanpa ditemani seorang suami.

Suaminya meninggal, saat Kemala masih dalam kandungan.

Sejak saat itu, ia mesti menyiapkan kelahiran sang anak seorang diri. Tidak hanya itu, biaya persalinan pun mesti ia cari sendiri.

"Gimana lagi, suami dulu kerja sebagai buruh tapi umurnya pendek, terus usahanya gulung tikar, saya belum bisa nerusin karena harus bagi waktu persiapan lahiran sama kerja juga buat persalinan," terangnya.

Kemala lahir dengan berat 1,5 kilogram, jauh di bawah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) BBLR di Indonesia yakni 2,5 kilogram. Pun dengan tingginya, saat lahir Kemala hanya memiliki tinggi 42,1 centimeter.

Elis mengakui, saat itu tidak mengetahui jika Kemala masuk kategori bayi Stunting. Ia menganggap berat badan dan tinggi Kemala saat lahir termasuk normal, sama seperti bayi pada umumnya.

Baginya, Kemala lahir selamat tanpa kekurangan (cacat fisik) merupakan sesuatu yang patut disyukuri.

Tidak hanya itu, yang ada dibenaknya kala itu cara segera keluar dari rumah sakit dan menjahit kembali kehidupan.

"Enggak tahu, dulu enggak berfikir sampai stunting atau apa, yang penting selamat aja dulu, maklum lahiran juga seadanya," tutur dia.

Elis masih ingat, ia mesti istirahat di Rumah Sakit selama 4 hari pasca melahirkan Kemala.

Dokter, baru memberi tahu sang buah hati stunting saat dihari ke dua. Saat itu, kata dia, dokter menyampaikan jika Kemala mesti di inkubator lantaran menderita penyakit kuning.

"Dikasih tahu pas lagi di inkubator, hari ke dua kalau enggak salah. Anak saya itu kena penyakit kuning, kata mertua dan ibu saya hal yang wajar, dan bisa disembuhkan di rumah," terangnya.

Baca juga: Angka Anak Stunting di Sumsel Diklaim Turun, dari 24,8 Persen Jadi 16,8 Persen

Lantaran, khawatir terbebani biaya rumah sakit yang tinggi. Akhirnya, ia dan keluarga sepakat untuk memulihkan kondisi dirinya dan Kemala kecil di rumah di Kecamatan Babakan Ciparay.

Elis tinggal bersama ibu dan bapaknya, serta satu orang adiknya. Di rumah petak, yang tak begitu luas. Kemala dibesarkan di tengah tempat tinggal yang jauh dari kata nyaman.

Setelah ditinggal sang suami, Elis terpaksa harus tinggal bersama orangtuanya lantaran tak sanggup lagi untuk membayar kontrakan petak yang ditinggali sebelumnya.

Di tengah rumah yang jauh dari kategori nyaman itu, Elis berharap selama tiga minggu selepas kelahiran Kemala, kondisi buah hatinya busa kembali pulih.

"Mau gimana lagi, ditarik saja ke rumah, di sini saya sekarang tinggal, bareng-bareng menyembuhkan Kemala," jelasnya.

Sama seperti orangtua pada umumnya, Elis hanya mengandalkan sinar matahari untuk kesembuhan si buah hati.

Rutinitas itu ia lakukan setiap pagi, meski kadang kala harus dilakukan oleh Yayah, lantaran ia harus pergi bekerja.

"Seringnya sama neneknya, paling kalau saya lagi libur dijemurnya sama saya," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com